Home » Keluarga » Ini Musuh Terbesar Orangtua Dalam Mendidik Anak, Kenapa Ya?
Masalah Orangtua

Ini Musuh Terbesar Orangtua Dalam Mendidik Anak, Kenapa Ya?

Hai Parents, kenapa Ya? Di antara kita para orangtua pasti bertanya-tanya demikian. Musuh terbesar orangtua dalam mendidik anak itu ternyata bukan internet, bukan TV, bukan pula lingkungan pergaulan dan sekitarnya. Tahukah? Ternyata musuh terbesar kita, ada pada diri kita sendiri. Benarkah? Ya, Musuh terbesar dalam mendidik anak itu sebenarnya adalah RASA MALAS.

Rasa malas yang ada pada diri kita ketika mendidik anak. Rasa malas? Lah kan kita sudah berusaha kerja keras untuk memenuhi kebutuhan anak. Ya itu memang betul. Kita sebagai orangtua sudah berusaha melakukan terbaik agar kebutuhan anak terpenuhi. Tapi, tanpa kita sadari ternyata musuh terbesar ini, yakni rasa malas ini menjadi sebab semua usaha kita menjadi percuma.

Musuh terbesar dalam mendidik anak itu sebenarnya adalah RASA MALAS.

parentspedia.com

Sebenarnya rasa malas terhadap apa? Mari kita renungkan, rasa malas kita terhadap hal-hal atau situasi-situasi berikut:

1. Kita malas mematikan handphone (HP) saat sedang bermain bersama anak

Orangtua main HP
Ayah mengabaikan anak perempuanya. / Freepik

Tanpa sadar kita lebih asyik dengan gadget kita, sibuk scoll media sosial atau alih-alih pekerjaan atas nama profesional. Sehingga sang anak merasa diabaikan dan tidak mendapat perhatian orangtuanya. Jika kebiasaan malas itu masih kita lakukan sampai sekarang, lantas pantaskah jika kita berharap sang anak lebih dekat kepada orangtuanya daripada temannya.

2. Kita malas mendengar tangisan anak saat mereka kita larang

Anak nangis
Ayah tidak mendengarkan tangisan anak. / Freepik

Sering kita menuntut anak untuk patuh terhadap setiap perintah kita. Kita pun juga ‘memaksa’ anak untuk memercayai kita selaku orangtuanya. Padahal sering kali pula kita malas mendengar tangisan anak saat kita melarangnya atau membatasinya terhadap sesuatu.

Cari Tahu Juga :  Tahun 2023, Resolusi Baru Agar Hubungan Pernikahan Lebih Baik

Malas mendengar tangisan anak berarti kita malas untuk mengakui perasaannya. Jika kita masih malas mengakui perasaan anak, bagaimana mungkin anak akan dekat, patuh dan percaya sepenuh hati dengan kita? Untuk itu dekati anak, jelaskan padanya atas sikap larangan atau pembatasan yang telah kita lakukan padanya.

3. Kita malas mendengar isi hati anak

Orangtua marah
Bunda mengabaikan perasaan anak. / Freepik

Sadarkah kita bahwa selama ini mungkin kita lebih sering mengomongi anak ketimbang diajak ngomong. Mengomongi yang merupakan sinonim dari menceramahi adalah bentuk komunikasi tidak efektif yang sering terjadi antara orangtua dengan anak. Komunikasi satu arah yang sudah pasti mengabaikan, tidak mau mendengarkan isi hati anak. Anak tidak mendapatkan kesempatan bicara.

Umumnya sikap itu muncul karena kita selalu merasa ingin agar anak itu mengerti orangtuanya. Padahal seharusnya kitalah yang mesti berusaha mengerti anak, mendengarkan isi hatinya. Karena bukan mereka yang minta untuk dilahirkan, tapi kita yang memutuskan untuk melahirkan mereka. Jika demikian, kita berhutang pada mereka, berhutang kasih sayang dan pengertian.

4. Malas memberikan pengaruh pada anak dengan mengobrol setiap hari

Ayah sibuk
Ayah sibuk dan mengabaikan anak. / Freepik

Saking sibuknya kita fokus untuk memenuhi kebutuhan lahiriyah anak, kita jadi lelah untuk mengobrol dengan anak. Sering tidak punya waktu, akhirnya lama-lama jadi timbul rasa malas mengobrol dengan anak. Kita berharap anak tidak terpengaruh hal negatif dari lingkungan pergaulannya tapi jarang memberi perhatian padanya. Perhatian ya, dengan anak diajak ngomong bukan diomongi, bukan diceramahi.

Cari Tahu Juga :  Ajarkan Anak Pendidikan Seksual Sesuai Usianya. Begini Caranya

Bagaimanapun kondisinya berikanlah perhatian sesuai yang anak butuhkan, sesekali tanyalah apa kebutuhan mereka sebenarnya. Jangan malas mengobrol dengan anak dan lalu kita mengambil keputusan sepihak dalam memenuhi kebutuhan mereka. Sering mengobrol dengan anak dapat membuat hubungan semakin erat.

5. Malas melihat rumah berantakan, rumah acak-acakan karena tingkah permainan anak

Rumah berantakan
Rumah berantakan dengan mainan anak / Freepik

Memiliki anak mulai dari usia balita sampai menjelang remaja sudah pasti tidak ada rumah yang rapih. Rumah akan pasti selalu berantakan. Jika ada rumah yang rapih berarti kita, selaku orangtuanya sudah pasti jadi orangtua yang malas melihat anak bertingkah dalam permainannya. Kita menjadi orangtua yang selalu membatasi ruang gerak anak. Semuanya agar rumah tidak berantakan, karena lelah membereskannya.

Memang melelahkan membereskan lagi rumah yang baru saja sudah kita bereskan. Sudah menjadi hak anak untuk bereksplorasi. Maka sudah semestinya kita berikan, karena kita yang memutuskan untuk melahirkan mereka. Kita berharap anak kelak dapat tumbuh dewasa dengan segudang kemauan dan kreativitas. Nah untuk itu jangan malas melihat tingkah anak dan rumah berantakan karena ulahnya.

6. Malas mendampingi anak belajar

Anak malas belajar
Orangtua tidak mendampingi belajar anak / Freepik

Belajar bukan hanya mengerjakan setiap tugas-tugas sekolahnya. Belajar bisa dari mana saja. Dari permainan, tontonan dan termasuk obrolan-obrolan ringan antara orangtua dengan anak. Karena kemalasan-kemalasan seperti pada yang sudah dibahas sebelumnya, akhirnya anak dibiarkan belajar sendiri. Anak dibiarkan mencari sendiri pengetahuan-pengetahuan tentang kebenaran dari setiap persoalan yang mereka hadapi. Malas mendampingi anak belajar tapi berharap anak kelak dewasa mendapat pelajaran yang tepat dan mencintai kebenaran?

Cari Tahu Juga :  Tidak Semua Ilmu Parenting Cocok Dengan Kebutuhan Anak, Kenapa Ya?

7. Malas mengajarkan Al-Qur’an

Mendidik Anak
Bunda mengajarkan anak membaca al Qur’an. / Freepik

Sudah pasti bahwa setiap orangtua menginginkan anaknya menjadi pribadi yang sholeh. Pribadi yang mencintai dan menjalani agamanya dengan baik. Itu semua mustahil terwujud jika kita malas mengajarkan agama padanya. Malas mengajarkan Al-Qur’an pada anak dengan berdalih sudah memasukannya pada sekolah dengan kurikulum agama yang baik.

Keberhasilan mendidik anak lahir dari orangtua yang rajin

Tidak ada anak yang mampu berhasil dalam pendidikannya kecuali orangtuanya rajin memperhatikan, mendampingi dan turut mengajarkannya lagi di rumah. Untuk itu agar anak kita kelak saat dewasa bisa mencintai dan menjalani agamanya dengan baik, jangan malas untuk mengajarkan agama padanya. Jika belum mampu, ya belajar.

Keberhasilan tidak lahir dari kemalasan. Begitupun dalam mendidik anak.

parentspedia.com

Keberhasilan tidak lahir dari kemalasan. Begitupun dalam mendidik anak. sekarang musuh terbesar kita bersama sebagai orangtua ternyata ada dalam diri kita. Sebagai manusia biasa musuh itu bisa sewaktu-waktu datang dan mempengaruhi proses mendidik putra-putri kita tercinta. Untuk itu mari untuk selalu terus belajar, berteman dalam komunitas para orangtua pembelajar agar semangat kita terus terjaga dan ada sahabat yang saling mengingatkan kehilafan kita pada anak.

Bagaimana Reaksinya, Parents?
+1
1
+1
+1
+1
+1
+1
+1
1

Tim Admin

Tim Admin Parentspedia

More Reading

Post navigation

18 Comments

  • Ini sangat berharga untuk mengingatkan saya yang malas ini… Memang sepertinya sepele,, tapi kasian anak jika tidak dipeduliin

  • Intinya memang kalau kita mau anak kita melakukan hal-hal yang positif, kita juga harus mau melakukan itu. Soalnya anak kan pengamat dan peniru yang cerdas…

  • Artikelnya bagus, jd refleksi bagi kita cara mendidik anak yg bener.. ketika kita berekspektasi supaya anak punya etika yg baik, kita juga perlu jadi cerminan di awal supaya bisa menjadi contoh utk anak kita sendiri & menjadi pembelajaran utk mereka bagaimana caranya bersikap & disiplin..

  • Kadang yang bikin malas itu adalah rasa lelah dan stres. Seorang ibu punya beban mengurus rumah, kadang perlu jadi tulang punggung, sementara suami datang cukup mengomel, memaki, atau menghajar karena makanan belum siap, rumah berantakan, dll 😁

  • Nice article kak! Poin poin nya iya banget lagi terjadi di realita kehidupan xixie belum mengalami masa menjadi orang tua, tapi melihat sekeliling pun melakukan hal hal ini. Huh kudu harus belajar buat nanti, thanks yaa kak sudah sharing

  • Bagus banget kaa artikelnya. Thank you udah sharing. Banyak hal yang harus diperbaiki nampaknya di diri aku kalau baca artikel kak.

  • Bener banget.
    Suka banget dengan artikel di website kenapaya.. Jadi banyak tau mengenai hal-hal yang gak pernah dibahas sebelumnya di artikel parenting.
    Ini bisa menjadi masukan yang baik tentang bagaimana seharusnya mengasuh anak terutama anak-anak dengan tantangan dunia digital seperti ini.

  • Ya Allah.. Aku merasa tersindir bgt baca ini karena emang bener.. Huhu… Jd merasa bersalah sma anak-anak. Tp masalahnya itu gini, org tua terutama ibu2 yg jd IRT kadang krn ud cape masak, nyuci dll.. Jdnya emang suka males akhirnya.. Hrsnya ga boleh ya tp kalau ud cpe tuh rasanya emang males mau ngapa2in.. Bawaannya pengen tidur dan istirahat tp akibatnya itu.. Jd males sma anak-anak akhirnya huhu…

  • Benar sekali.. termasuk malas membaca tentang parenting.. memang terasa beban, khususnya bagi bapak2 yang sudah seharian bekerja, ketika pulang ke rumah harus bergelut lagi dengan kondisi anak.. serasa pengen rebahan saja kalau sudah d rumah deh.. hahahaha..

  • Mamah saya sih kalau saya mah. Curhat ya. Kalau saya bilang harus gini, Mamah saya langsung bilang “mestinya tuh begini!”. Jadi anak saya manja deh

  • Karena anak mencontoh apa yang kita lakukan, ya mau nggak mau sih ya kita harus melawan rasa malas itu hhehehe

  • Memang bakal percuma dan nggj bakal dicontoh oleh anak kalau kita cuma nyuruh tanpa terlebih dahulu mencontohkan

  • Kok saya jadi kesindir yaa, mksihh akan pengingatnya yaa. Tapi kalo soal rumah berantakan saya justru males beresinnya, jdlah rumah susah rapi 🤭🤭

  • Bener bangettt! Walaupun belum merasakan punya anak, tp melihat kaka sendiri seperti ini xixie padahal anak mencontoh apa yang orang dewasa lakukan.

  • Nomor tiga dan nomor empat ini yg sering dialami oleh mama muda. Kalau nomor tujuh, sayang sekali cuma tertulis untuk satu agama. Tapi mantap sekali ya, ada blog yg membahas mengenai parenting.

  • Alhamdulillah,
    Renungan banget untuk malam ini bahwa “Keberhasilan tidak lahir dari kemalasan. Begitupun dalam mendidik anak.”
    MashaAllah~
    Mulai sekarang, mari kita lebih bersemangat dan lebih memberikan waktu untuk anak-anak.

  • Hampir semua rasa malas ini menimpa saya sebagai orang tua dari lima orang anak. Rasa malas itu memang harus dilawan dengan SABAR. Sabar mengajarkan Alqur’an, sabar meihat rumah berantakan karena ulah anak dan seterusnya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *