Kenapa Ya? Pertanyaan ini pasti ada dalam benak sebagian orangtua yang sedang berusaha untuk bisa dekat dengan anak-anaknya. Mereka bingung untuk membangun komunikasi yang baik dengan anak. Terutama pada anak yang sedang memasuki usia pra-remaja sekitar usia 10-14 tahun. Mereka sekarang merasa memiliki privasinya sendiri sehingga mulai agak menjaga jarak dengan orang di sekitarnya, termasuk orangtua.
Masa pra-remaja berada dalam tahap perpindahan, dari anak-anak dan remaja. Anak sedang mengalami beberapa lonjakan pertumbuhan yang cukup besar secara fisik, mental, dan emosional. Perubahan fisik dipengaruhi oleh hormon di dalam tubuh sehingga membuat anak mengalami perkembangan pada bentuk tubuh, biologis, dan lain-lain. Sedangkan hormon-hormon tersebut juga menyebabkan perubahan yang sangat besar pada kondisi psikisnya.
Masa pra-remaja berada dalam tahap perpindahan, dari anak-anak dan remaja. Anak sedang mengalami beberapa lonjakan pertumbuhan yang cukup besar secara fisik, mental, dan emosional.
Pada anak usia tersebut, kita sebagai orangtua harus melakukan pendekatan yang baik ketika hendak berbicara pada mereka. Berkomunikasi dengan anak, sekarang tidak bisa kita kendalikan seperti dulu waktu masih anak-anak. Anak sudah punya pemikiran dan perasaannya sendiri tentang hal yang mereka bicarakan. Anak harus bisa merasa aman dan nyaman saat berbicara dengan kita. Tujuan utamanya untuk mempertahankan jalur komunikasi yang terbuka dan jujur.
Menjalin keakraban dengan anak pra-remaja

Orangtua harus bisa akrab dengan anaknya. Membangun keakraban dengan anak penting dilakukan oleh para orangtua. Akrab itu berarti memiliki kedekatan emosional dengan anak. Semakin kita, para orangtua bisa akrab dengan anak, maka anak akan menjadi pribadi yang lebih terbuka dan jujur. Anak tidak segan menceritakan perasaan dan privasinya pada kita. Kemudian saat kita menasihati, mereka akan lebih mendengar dan patuh pada setiap arahan orangtua.
Semakin kita, para orangtua bisa akrab dengan anak, maka anak akan menjadi pribadi yang lebih terbuka dan jujur.
kenapaya.id
Coba perhatikan, anak akan menjadi pribadi yang lebih terbuka dan jujur. Lalu lebih mendengar dan patuh pada setiap arahan orangtua. Mengapa bisa demikian? Karena keakraban memiliki fungsi dalam hubungan orangtua dan anak. Coba cari tahu penjelasannya dalam artikel Anak Kok Susah Patuh Sama Orangtua, Kenapa Ya?
Sekarang, langkah awal yang bisa kita lakukan untuk menjalin kedekatan dengan anak adalah diawali dengan mempersiapkan diri kita dahulu sebelum mulai berbicara pada anak. Persiapan yang harus dilakukan antara lain:
1. Persiapkan mental positif

Mempersiapkan mental itu penting agar kita sebagai orangtua bisa sabar menghadapi anak. Jadilah orangtua yang menyenangkan bagi anak. Jadilah pribadi yang tidak mudah tersinggung, tidak mudah menghakimi anak, tidak berkata keras atau bermakna meremehkan, tidak berlebihan dalam bertindak, ramah dan selalu berusaha tenang.
Persiapan ini penting dilakukan karena kita sedang berusaha mendekati anak yang mengalami pertumbuhan mental dan emosionalnya. Kita sedang berusaha mensejajarkan diri dengan anak, berperan sebagai orangtua sekaligus sahabat bagi mereka. Sahabat yang perhatiannya membuat mereka merasa nyaman saat didekatnya.
2. Atur jadwal kita dan persiapkan waktu khusus untuk anak

Mengatur jadwal juga penting orangtua lakukan agar setiap urusan pekerjaan tidak menggangu waktu interaksi orangtua dan anak. Tunjukkan bahwa kita mencintainya apapun yang terjadi. Berikan perhatian serius kita pada mereka dengan menyediakan waktu untuk dihabiskan berdua bersama anak, dan bebas berbicara tentang apa saja.
Hal ini dapat meningkatkan kepercayaan untuk berkomunikasi dengan satu sama lain. Selain itu, kita juga dapat menghabiskan waktu bersama secara produktif, berbagi bagian-bagian kecil satu sama lain, dan berbagi pengalaman positif bersama. Tidak ada pertanyaan yang dalam dan mengganggu, hanya kita dan anak yang menghabiskan waktu berkualitas bersama.
3. Mengondisikan para anggota keluarga yang lain

Dalam satu rumah bisa jadi tidak hanya orangtua dan anak saja yang tinggal. Nah mengkondisikan para anggota keluarga yang lain perlu kita lakukan. Beri pengertian dan penjelasan mengenai kondisi dan perubahan yang terjadi pada anak. Hal itu agar mereka memahami dan bisa turut berpartisipasi dalam mendampingi anak melalui masa perkembangannya.
4. Belajar ilmu parenting menghadapi anak usia pra-remaja

Persiapan yang tidak kalah penting adalah meng-upgrade pengetahuan kita tentang perkembangan anak pra-remaja dan pengasuhannya. Dalam menambah wawasan kita bisa belajar melalui berbagai media informasi maupun kelas-kelas parenting. Usaha itu akan membuat kita mendapatkan gambaran dan pemahaman tentang anak kita berserta perubahan dari perkembangannya itu.
Kemudian pemahaman kita mengenai anak dapat membuat kita lebih siap menghadapi anak pra-remaja. Siap menghadapi berbagai persoalan yang mungkin akan kita hadapi dengan cara pengasuhan yang tepat. Selain itu dari hasil belajar itu akan menjaga motivasi kita dalam bertindak baik dan ideal selama masa pengasuhannya.
Dalam praktek komunikasi dengan anak di kehidupan sehari-hari terjadi secara tidak kaku alias cair dan santai, mengalir apa adanya. Persiapan-persiapan itu tujuannya agar anak merasa nyaman dan aman saat berada bersama orangtuanya. Jika segala persiapan telah dilakukan, maka kita siap untuk mulai melakukan pendekatan dan pembicaraan dengan anak serta menghabiskan waktu bersamanya.
Saatnya jalin komunikasi yang efektif dengan anak
Komunikasi berjalan efektif menentukan keberhasilan pengasuhan buah hati. Menurut psikolog klinis, Roni Cohen-Sandler, Ph.D., beberapa kegagalan orangtua dalam berkomunikasi dengan anak pra-remaja di antaranya yaitu percakapan singkat yang sering terjadi. Termasuk diikuti reaksi buruk dan jawaban seadanya atau bahkan kasar sambil memalingkan wajah. Kegagalan tersebut harus kita hindari segala penyebabnya.
Apa penyebab kegagalan komunikasi dengan anak?. Coba cari tahu dalam artikel Komunikasi Orangtua Dan Anak Sering Tidak Efektif, Kenapa Ya?. Setelah paham penyebabnya, Cohen-Sandler memberikan rekomendasi komunikasi dengan buah hati yang berusia pra-remaja supaya lebih efektif. Rekomendasi ini juga bisa diterapkan pada anak remaja.
1. Buka ruang untuk kerjasama

Anak usia pra-remaja merupakan fase di mana anak sedang berusaha untuk mandiri. Termasuk terhadap hal-hal yang sebenarnya tidak dapat anak lakukan sendiri. Nah, membuka ruang kerjasama dengan anak dapat menjadi momen untuk melakukan pendekatan pada anak. Tunjukan bahwa kita perhatian pada persoalan anak. selain itu, orangtua bisa menunjukan pada anak sikap yang baik dalam menjalin kerjasama dengan orang lain.
2. Dengarkan dan berusaha pahami walau belum mengerti

Melakukan pembicaraan satu arah, yang mana anak harus mendengarkan ‘kuliah’ yang kita berikan. Sikap tersebut akan menghalangi terjadinya diskusi yang jujur. Anak-anak justru akan menutup diri jika berkomunikasi dengan cara itu. Jadi cobalah untuk memberikan perhatian penuh. Hindari menyela dan dengarkan dengan saksama apa yang buah hati kita utarakan.
Mengutip dari Empowering Parents, penting bagi orangtua untuk mendengarkan setiap interaksi dan percakapan bersama anak. Mendengarkan secara fokus yang tidak hanya sekadar mendengar tapi juga memahami dan menghargai. Jika kita, para orangtua membuka dengan penilaian atau solusi yang tidak diinginkan, anak kemungkinan akan menutup dan tidak melanjutkan komunikasi dengan kita.
3. Validasi perasaan anak, hargai dan jangan mengabaikannya

Pada suatu kesempatan anak pra-remaja kita akan datang dengan masalah yang sedang menimpanya. Kecenderungan pertama kita biasanya mungkin berusaha untuk segera mencoba menyelesaikan masalah tersebut untuknya. Sikap tersebut merupakan sikap alamiah orangtua kepada anaknya. Namun ternyata hal itu bisa membuat anak beranggapan bahwa orangtua sedang meremehkan mereka dan menyepelekan apa yang sedang mereka hadapi.
Kadang anak hanya sedang membutuhkan seseorang untuk menemaninya dan mendengarkan ceritanya. Mereka sedang ingin mencurahkan perasaannya. Untuk itu, matikan dulu ‘mode orangtuanya’ dan jadilah teman bagi mereka yang memvalidasikan perasaan anak dan mengakui bahwa perasaan itu nyata. Jika anak menginginkan solusi, mereka pasti akan bertanya pada kita.
4. Bersikap toleransi dan hindari memberi banyak pertanyaan

Kebohongan atas kesalahan mungkin terbersit dalam obrolan antara anak dan orangtua. Untuk meminimalisir kemungkinan itu terjadi, hindari mengajukan banyak pertanyaan pada anak. Pertanyaan yang niatnya untuk ‘membuktikan’ bahwa anak salah atau mencoba mendapatkan informasi yang anak tidak bagikan. Mengajukan banyak pertanyaan justru akan menciptakan konflik bukan solusi. Maka dari itu bersikaplah toleransi.
Berkomunikasi dengan anak pra-remaja harus tentang berbagi ide, mendorongnya untuk berpikir kritis dan reflektif, dan bekerja mencari solusi. Buka kesempatan dan dengarkan argumentasinya. Kemudian berikan tanggapan dengan penuh ketenangan untuk membangun komunikasi yang efektif. Jika itu bisa kita lakukan, maka anak dapat merasakan perhatian kita dan akan kembali lagi setiap mereka ada masalah.
5. Jangan terlalu polos dan tetap pegang kendali

Hindari menjadi orangtua yang terlalu polos atau tidak mau tahu atas kondisi yang sedang anak rasakan. Kita tahu betul bagaimana karakter sang buah hati. Untuk itu kita perlu tahu bagaimana kapasitas anak-anak dalam mengelola emosi serta memberikan reaksi dari obrolan. Jika kita kehilangan ketenangan, mereka mungkin juga merasakan hal yang sama. Maka tetaplah pegang kendali agar anak merasa aman berbicara apapun mengenai kehidupan mereka.
Menciptakan komunikasi yang terbuka dan jujur bersama anak pra-remaja jangan kita lakukan secara asal-asalan. Layaknya menjaga perasaan dalam hubungan dengan orang dewasa, berkomunikasi dengan anak pra-remaja juga sama demikian. Walaupun tidak sekompleks orang dewasa, anak pra-remaja juga memerlukan perhatian orangtua secara khusus dan serius.
Rangkulah kesempatan untuk membantu anak melatih identifikasi emosi, pemecahan masalah, dan keterampilan komunikasi yang sehat sejak dini. Kemudian, selalu ingatkan diri sendiri untuk menjaga hubungan dengan anak sebagai prioritas, dan hindari untuk selalu menunjukkan menjadi benar atau memiliki kendali atas kehidupan anak.
terima kasih, sangat membantu sekali untuk keluarga muda, calon ayah dan ibu dan orang tua yang anak-anaknya masih kecil. Alhamdulillah, ada 3 kiat dari kiat-kiat yang anda sampaikan sudah saya jalankan bersama istri dalam mendidik anak-anak. mereka kini sudah tumbuh remaja dan menjadi anak yang manis bagi kami orangtuannya
Wah jadi ortu tuh tricky banget ya 😰 punya anak yg masih balita dan sudah lewat balita aja saya sering teriak2, apalagi nanti…
Jadi orang tua memang perlu effort yaa untuk bisa mendidik dan membesarkan anak. Salut banget! Thanks yaa kak untup tipsnya. Semoga bisa belajar dan ku terapkan ketika nanti sudah memiliki anak
Anak saya sudah remaja dan memang jadi sulit dimengerti. Apalagi suka mengurung diri di kamar lama gitu. Sampai bingung ini anak ngapain ya?
Terimakasih atas artikel yang sangat membantu sekali.
Pas banget, kami sedang menghadapi perkembangan tumbuh kembang anak-anak pra-remaja. Dan karena masih sama-sama belajar, aku perlu banget pengayaan artikel seperti ini agar semakin akrab dengan anak dan anak juga lebih nyaman bersama orangtuanya daripada “orang asing”.
Komunikasi adalah kunci utama menciptakan rasa nyaman dan keakraban dgn anggota keluarga lainnya, terutama anak-anak kita. dan salah satu tips yang membuka komunikasi yang nyaman mungkin adalah dengan inisiatif berdasarkan topik ringan + guyonan..
terimakasih telah berbagi informasinya.
Wahh terima kasih tipsnya, kebetulan anak pertama usia 8 tahun, jadi udah mulai dech banyak troublenya, harus introspeksi jg yaa sebagai ortu