Home » Anak » Dampak Pornografi pada Anak dan Pentingnya Self-Control
Dampak Pornografi pada Anak

Dampak Pornografi pada Anak dan Pentingnya Self-Control

Parents, saat ini, kasus kekerasan dan kejahatan yang dilakukan oleh anak-anak semakin meningkat, terutama terkait dengan pemerkosaan dan pembunuhan. Kasus-kasus yang terjadi dan dilakukan oleh anak mulai dari usia setingkat SMA, SMP dan mirisnya ada yang usia setingkat SD. Banyak pihak menuding bahwa paparan pornografi adalah salah satu penyebab utama perilaku mengerikan ini.

Namun, apakah benar bahwa pornografi menjadi penyebab utama? Parents, pada artikel ini kita akan membahas lebih mendalam tentang dampak pornografi, peran pengasuhan, dan pentingnya menanamkan pengendalian diri atau self-control pada anak.

Pornografi dan Kekerasan Anak

Kekerasan Seksual Anak
Kekerasan Seksual Anak

Kasus-kasus kekerasan yang melibatkan anak-anak, seperti pemerkosaan dan pembunuhan, semakin sering terjadi. Banyak yang mengaitkan perilaku ini dengan kecanduan pornografi. Benarkah faktanya demikian? Mari kita cek datanya.

Melansir dari News Detik, di Indonesia, Komnas Perempuan mencatat jumlah kasus kekerasan seksual pada Mei 2022 sampai Desember 2023 mencapai 4.179 kasus. Laporan yang paling banyak Komnas Perempuan terima adalah Kekerasan Seksual Berbasis Elektronik (KSBE), lalu kasus pelecehan seksual dan pemerkosaan. Kasus KSBE mencapai 2.776 kasus. Sementara itu, ada 623 kasus pelecehan seksual dan sisanya adalah kasus pemerkosaan.

Kemudian, bagaimana yang terjadi di Jepang. Negara yang menjadi salah satu pelaku industri pornografi terbesar di dunia. Melansir dari ArahKita yang mengutip dari The Japan Times, bahwa polisi Jepang memperingatkan pusat kesejahteraan anak mengenai rekor tertinggi 122.806 orang yang diduga menjadi korban pelecehan pada tahun 2023, naik 6,1% dari tahun sebelumnya.

Cari Tahu Juga :
5 Ide Kegiatan Seni untuk Membantu Anak Mengekspresikan Diri

Jumlah anak di bawah usia 18 tahun yang dirujuk ke pusat kesejahteraan anak karena pelecehan psikologis meningkat hingga mencapai rekor tertinggi, yaitu 90.761, termasuk 52.611 yang menyaksikan kekerasan dalam rumah tangga terhadap anggota keluarga.

Dari data tersebut menunjukkan bahwa pornografi menjadi sebab utama terjadinya kasus kekerasan, bukan hanya kekerasan seksual namun juga kekerasan seksual pada anak.

Lantas bagaimana anak bisa terpapar pornografi?

Peran Penting Self-Control dan Attachment

Self-control pada anak
Kelekatan dengan Anak

Parents, kita semua tentu sepakat HP dan gadget lainnya menjadi penyebab anak-anak terpapar pornografi. Namun sadarkah kita, bahwa HP dan gadget lainnya itu hanyalah sebuah media yang produsen pornografi gunakan untuk mengedarkan konten-konten mereka.

Faktor utama dan mendasar yang menjadi penyebab anak-anak kita terpapar pornografi adalah tidak adanya self-control pada diri anak-anak kita, dan tidak adanya self-control akibat kurangnya attachment atau kelekatan. Ya, attachment atau kelekatan antara anak dengan orang tua. Anak-anak saat ini lebih lekat dengan HP atau gadget lainnya. Sehingga dari sanalah mereka menerima konten-konten pornografi.

Pakar Parenting, Abah Ihsan Ibnu Baihaqi, menjelaskan Pengendalian diri (self-control) merupakan faktor penting dalam mencegah perilaku buruk. Anak-anak yang tidak memiliki self-control lebih rentan untuk melakukan kekerasan. Kunci utama dari pengendalian diri ini adalah attachment atau kelekatan yang baik antara anak dan orang tua sejak usia dini.

Cari Tahu Juga :
Mengapa Anak Kerap Hilang Fokus Saat Belajar di Sekolah?

Masih kata Abah Ihsan, ketika anak memiliki ikatan yang kuat dengan orang tua, terutama selama dua tahun pertama kehidupannya, anak akan merasa lebih aman dan tenang. Perasaan aman ini mencegah anak merasa terancam dan mengembangkan perilaku buruk seperti bullying atau kekerasan.

Jadi Parents, kita mungkin tidak bisa membendung derasnya informasi yang mengandung konten pornografi dalam berbagai media. Kita juga tidak bisa terus menerus mengawasi dan mendampingi anak secara intens dalam aktivitasnya. Namun dengan terus meng-install self-control pada anak melalui attachment atau kelekatan orang tua dan anak, anak-anak kita akan terhindar dari pornografi. Sekiranya terkena atau pernah melihat konten haram itu, anak kita akan berusaha menghindari dan tidak mengulanginya lagi.

Lalu bagaimana meng-install self-control pada anak? Seperti apa attachment atau kelekatan yang baik antara orang tua dan anak?

Pengasuhan yang Responsif

Pengasuhan Responsif
Pengasuhan Responsif

Sejak lahir anak-anak membutuhkan pengasuhan yang responsif. Misalnya, kita ingat ketika bayi kita berkomunikasi melalui tangisan saat ia lapar, mengantuk, buang air, sakit dan lain sebagainya. Kemudian sebagai orang tua responsif, kita dengan sigap merespons kebutuhan anak dengan memberikan perhatian penuh.

Tentu seiring berjalannya waktu bentuk responsif kita kepada anak berbeda. Hal ini karena cara berkomunikasi anak berbeda pula. Saat usia bayi komunikasinya melalui tangisan, komunikasi usia dua hingga lima tahun masa golden age-nya mereka melalui berbagai pertanyaan-pertanyaan yang kadang kita bingung bagaimana cara menjawabnya. Lalu masuk usia sekolah usia enam tahun ke atas bertahap menjadi lebih kompleks seiiring dengan perkembangan kematangan anak.

Cari Tahu Juga :
Mengapa Berat Badan Anak Sulit Bertambah? Parents Wajib Tahu

Parents, tahukah bahwa permasalahan yang muncul akibat pengasuhan yang tidak responsif dapat menyebabkan anak merasa cemas, tidak aman, dan akhirnya tumbuh menjadi pribadi yang tidak memiliki self-control. Realita yang terjadi orang tua responsif saat anak usia bayi saja. Saat anak sudah mulai berkembang, peran orang tua tergantikan oleh gadget.

Sebagian orang tua umumnya terlalu fokus pada pemenuhan kebutuhan fisik atau hal-hal yang bisa terlihat langsung oleh panca indera. Lupa atau lalai terhadap kebutuhan yang menyentuh sisi psikologis emosional anak.

Dampak Jangka Panjang Ketidakamanan pada Anak

Dampak Pornografi pada anak
Dampak Orang Tua Tidak Dekat dengan Anak

Ketidakamanan yang anak-anak rasakan akibat kurang mendapat perhatian dari orang tua dapat berdampak pada emosi mereka, dan bisa memicu perilaku agresif mereka. Dalam beberapa kasus, anak yang tumbuh dengan perasaan tidak aman dapat mencari cara untuk mengekspresikan rasa frustasi dan kebingungannya melalui tindakan kekerasan, baik terhadap dirinya sendiri maupun orang lain.

Bahayanya saat anak kurang mendapat perhatian yang responsif dari orang tua, anak kemudian mendapatkan paparan pornografi dari media HP atau gadget lainnya. Tanpa adanya self-control, dampaknya anak akan makin mengkhawatirkan dengan meniru apa yang ia lihat terhadap orang lain.

Pentingnya Pendidikan Pengasuhan dan Self-Control

Pendidikan Pengasuhan
Pola Asuh yang Baik pada Anak

Abah Ihsan menjelaskan bahwa pornografi memang bisa berperan terhadap kekerasan yang terjadi pada anak. Namun masalah utama dalam kejahatan anak adalah kurangnya self-control yang berasal dari pengasuhan yang kurang baik. Orang tua perlu membangun attachment yang kuat dengan anak-anak. Hal itu untuk memastikan bahwa mereka tumbuh dengan perasaan aman dan mampu mengendalikan diri mereka di masa depan.

Cari Tahu Juga :
8 Cara Efektif Melatih Anak Mengembangkan Self-Control

Sebagai orang tua, berusaha untuk tidak pernah berhenti untuk belajar dan tidak menutup mata dari fakta realita lingkungan sekitar anak-anak kita. Sembari kita berusaha memenuhi kebutuhan anak, kita berusaha juga untuk terus meng-update pengasuhan kita melalui berbagai pendidikan pengasuhan.

Pendidikan pengasuhan adalah kunci utama dalam memahami pola asuh yang baik dengan belajar dari para pakar dan pengalaman keluarga orang lain. Melalui pola asuh yang baik, tentunya anak-anak dapat belajar tentang nilai-nilai, moralitas, dan etika yang akan memandu perilaku mereka di masa depan.

Bagaimana Reaksinya, Parents?
Love
Smile
4
Haha
Weary
Angry
Cry

Tim Admin

Tim Admin Parentspedia

More Reading

Post navigation

Leave a Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *