Parents, siapa di sini yang merasa pusing tujuh keliling saat mendapati kakak dan adik bertengkar? Entah itu rebutan mainan, rebutan porsi makanan, dan masih banyak lagi sebab kakak beradik jadi berselisih. Secara alami, biasanya kita cenderung meminta si kakak untuk mengalah karena dia lebih tua. Tapi, kalau ini terjadi terus-menerus, apakah ada dampaknya?
Pada tulisan kali ini kita akan membahas hubungan kakak dan adik. Hubungan ini sering disebut love-hate relationship, menarik untuk diulas, bukan? Apalagi, ada konstruksi sosial yang sudah lama terbentuk bahwa si kakak yang lebih tua sering orang tua minta untuk mengalah, dan hal tersebut wajar juga baik. Padahal, kita mungkin tidak selalu memahami alasan di balik ketidakmauan si kakak untuk melakukannya.
Dalam situasi seperti ini, kita sering melewatkan perasaan kakak tanpa memberikan validasi. Perasaan kakak yang apabila mungkia ia ungkapkan dengan kalimat seperti “mengapa kaka terus yang harus mengalah?” Kenapa tidak adik saja yang mengalah.” Tahukah bahwa, tanpa kita sadari, hal ini bisa berdampak panjang bagi kehidupan anak.
Seperti Apa Dampak yang Kita Khawatirkan?
Melansir dari KumparanMom, Rizqina Ardiwijaya, seorang Psikolog Klinis Anak dari Rumah Dandelion, menjelaskan ada beberapa dampak negatif yang bisa muncul dari kebiasaan meminta kakak untuk selalu mengalah. Dampak negatif pertama yang dapat terjadi pada si kakak mungkin ia akan merasa perasaannya tidak orang tuanya pahami.
Seperti yang kita bahas sebelumnya, apabila kakak terus menerus diminta untuk mengalah kepada adik, orang tua mengabaikan perasaan kakak yang harus berulang untuk memprioritaskan adiknya terlebih dahulu.
Masih dalam KumparanMom, Rizqina menjelaskan, bahwa si kakak bisa merasa dirinya diabaikan dan dibandingkan dengan adiknya. Ini bisa berdampak pada hubungan mereka dalam jangka panjang, bahkan hingga dewasa.
Selain itu, dampak berikutnya dari kebiasaan mengalah yang terus-menerus bisa memicu perasaan negatif terhadap adik. Rasa iri, marah, kecewa yang tidak terungkapkan yang tumbuh dan mengakar pada hati si kakak akan seperti bom waktu, yang berpotensi memunculkan konflik atau pertengkaran di antara mereka atau bahkan kepada seluruh anggota keluarga.
Lantas, Apa yang Bisa Kita Lakukan?
Masih dari KumparanMom, Rizqina menyarankan daripada meminta kakak selalu mengalah, kita bisa mengajarkan konsep berbagi. Berbagi bisa menjadi cara untuk mengenalkan kasih sayang antar saudara. Orang tua dapat mengajarkan hal ini secara bertahap. Sehingga, harapannya, kakak dan adik akan mengerti sepenuhnya tentang konsep berbagi tersebut.
Misalnya, pada saat kakak sedang memainkan mainannya, lalu kakak tidak ingin berbagi mainan, nah, kita bisa bertanya dengan lembut apakah mainannya bisa adik pinjam sebentar. Apabila tidak bisa, boleh tawarkan opsi pada si kakak untuk bermain bergiliran. Opsi ini bisa menjadi solusi yang orang tua terapkan dengan perlahan.
Parents, jika kakak benar-benar tidak mau berbagi, sebagai orang tua kita tidak lantas langsung menyalahkannya, apalagi sampai menjustifikasi si kaka ‘pelit’. Mungkin kakak sedang mencoba memahami konsep berbagi, memproses perasaan dan kesadaran untuk mengalah dengan caranya sendiri, bukan karena paksaan orang tua. Sehingga, kita memang perlu memberikan waktu pada sang kakak. Lalu bagaimana dengan adiknya?
Konsep berbagi memang bersinggungan dengan konsep mengalah, maka mengalah juga bukan hanya selalu tentang sang kakak, tetapi juga sang adik. Nah, adik juga perlu orang tua ajarkan konsep berbagi dan mengalah, sehingga tidak menuntut kakak yang terus harus mengalah.
Mengajarkan konsep berbagi dan mengalah ke adik pun harus orang tua lakukan dengan perlahan seperti kepada sang kakak. Apabila keduanya dapat orang tua ajarkan hal yang sama, maka harapannya adalah mereka akan saling mengerti soal perasaan berbagi dan mengalah antara satu sama lainnya. Dengan demikian, harapannya semuanya bisa mengurangi tensi saat berselisih.
Leave a Comment