Parents, pada tulisan kali ini terinspirasi dari tulisan yang menarik karya guru saya, ustadz Cahyadi Takariawan yang biasa disapa Pak Cah. Seorang pakar dan konselor keluarga yang telah menulis banyak buku dan artikel tentang keluarga. Dengan judul yang sama, saya menulis ulang tulisan dari artikel dalam platform blog kompasiana.
Tulisan Pak Cah menyampaikan tentang kondisi umum yang dialami oleh setiap keluarga baru. Perbedaan standar hidup dalam pernikahan akibat latar belakang yang berbeda. Perbedaan itu yang kerap kali menjadi polemik dalam rumah tangga dan harus ada upaya penyelesaian yang bijak.
Pada tulisannya, Pak Cah menjelaskan bahwa setiap pasangan yang baru menempuh perjalanan rumah tangga perlu untuk berdiskusi. Sebuah diskusi secara terbuka untuk menemukan standar kehidupan yang sesuai tanpa terpengaruh oleh standar keluarga besar masing-masing.
Perbedaan Standar Selalu Menjadi Polemik Keluarga Baru

“Segini ya gak cukuplah Mas…” protes seorang istri kepada suaminya.
“Kamu yang terlalu boros. Harusnya segitu cukup untuk keluarga kecil kita…” jawab suami.
“Bagaimana caranya cukup? Tolong ajari aku Mas…”
“Ibuku menerima uang dari Ayah yang lebih sedikit dari kita… Nyatanya cukup…”
“Lha kan Ayah dan Ibumu tinggal di kota kecil yang semua kebutuhan pokok harganya murah… Bahkan banyak yang gratis, beras, sayur cabe buah tinggal petik… Kita ga bisa begitu… Semua harus beli… Mahal lagi…” istrinya ngotot.
“Intinya kamu itu kurang bersyukur… Sudah dikasih, selalu kurang…” sang suami membalas ketus.
“Intinya Mas itu yang kurang giat bekerja… Kerja yang lebih keras lah Mas, agar rezekinya terus bertambah…” Balas sang istri yang tak kalah ketus.
Begitulah kehidupan rumah tangga Furqan dan Anna selalu penuh dengan dinamika yang menarik. Mereka datang dari latar belakang budaya, keluarga, dan status sosial yang sangat berbeda.
Furqan berasal dari sebuah desa kecil. Kedua orang tuanya adalah petani sederhana. Berkat ketekunan dan keberuntungan, Furqan bisa melanjutkan pendidikan hingga meraih gelar S2 di kota besar dan akhirnya mendapatkan pekerjaan di perusahaan ternama.
Penghasilan Furqan mencukupi untuk kebutuhan sehari-hari. Meski begitu, ia memilih hidup hemat dan menabung demi masa depan. Furqan menetapkan standar ekonomi yang lebih sederhana dalam pengelolaan keuangan keluarganya.
Di sisi lain, Anna dibesarkan di kota besar oleh orang tua yang merupakan pengusaha sukses dan sering bepergian ke luar negeri. Sejak kecil, Anna terbiasa dengan gaya hidup yang mewah, sering makan di restoran berkelas dan menikmati berbagai masakan internasional.
Di kota tempat Anna tinggal inilah Furqan bekerja. Mereka pertama kali bertemu dalam sebuah pelatihan, di mana keduanya menjadi peserta. Pertemuan itu berlanjut menjadi komunikasi yang intens hingga akhirnya mereka memutuskan untuk menikah.
Proses Penyesuaian Perbedaan Latar Belakang Menjadi Tantangan Rumah Tangga

Namun, pernikahan ini membawa tantangan tersendiri. Bagi Furqan, kehidupan saat ini terasa jauh lebih baik dibandingkan dengan kehidupannya di desa bersama orang tuanya. Furqan merasa bersyukur atas pencapaiannya dan menggunakan kehidupan sederhana orang tuanya sebagai standar.
Sementara itu, bagi Anna, kehidupan bersama Furqan tampak sebagai penurunan dari masa lajangnya. Dulu, ia memiliki pilihan kuliner yang beragam dan bisa menikmati fasilitas yang lebih mewah. Kini, setelah menikah, ia harus beradaptasi dengan gaya hidup yang lebih hemat dan banyak mengelola urusan rumah tangga.
Keduanya menyadari bahwa mereka memiliki sudut pandang yang berbeda. Furqan merasa bersyukur, sedangkan Anna berusaha menyesuaikan diri dengan standar yang ia anggap lebih rendah dari masa lalunya.
Namun, meskipun berbeda pandangan, mereka saling mencintai. Terlebih lagi, setelah kehadiran putri mereka, Aisyah, cinta dan kasih sayang di antara mereka terasa semakin dalam. Sayangnya, perbedaan standar hidup sering kali memicu perselisihan di antara mereka.
Standar Hidup yang Cocok Bagi Keluarga Baru

Furqan dan Anna perlu memahami bahwa perbedaan pengalaman hidup mereka menciptakan standar yang berbeda pula. Idealnya, mereka bisa merumuskan standar baru yang cocok untuk keluarga mereka, bukan berdasarkan standar dari kedua keluarga besar mereka.
Mereka harus berusaha mencari jalan tengah yang bisa kedua belah pihak terima. Mulai dari menyepakati anggaran untuk kebutuhan sehari-hari seperti biaya makan, rekreasi, transportasi, hingga pendidikan anak. Semua harus dibicarakan secara terbuka, bahkan sampai hal-hal kecil seperti perawatan pribadi Anna.
Dengan cara ini, Furqan dan Anna dapat merasakan ketenangan karena mereka telah menetapkan standar keluarga yang mereka ciptakan sendiri, terlepas dari bayang-bayang standar kehidupan keluarga mereka sebelumnya.
Leave a Comment