Home » Praremaja & Remaja » Banyak Orangtua Belum Paham 3 Fase Perkembangan Anak, Kenapa Ya?
Perkembangan Anak

Banyak Orangtua Belum Paham 3 Fase Perkembangan Anak, Kenapa Ya?

Kenapa Ya? Sebuah pertanyaan yang muncul dari situasi di mana kita jumpai orangtua yang sedang mengalami kebingungan terhadap anaknya. Kebingungan mengatasi perubahan yang terjadi pada anaknya. Perubahan yang dimaksud adalah anak yang awalnya penurut berubah menjadi lebih agresif, awalnya tenang atau kalem kini menjadi cerewet.

Dalam kondisi lain saat anak berusia 0 – 6 tahun, anak merengek minta menggunakan kostum princess padahal kita hanya mengajaknya ke pasar terdekat? Saat anak laki-laki kita memaksa menggunakan topeng superhero ke acara keluarga? Atau saat anak mendadak tantrum dan menangis histeris saat tak mendapatkan mainan keinginannya di pusat perbelanjaan?

Mungkin di antara kita ada yang sudah melewati masa itu atau bahkan sedang mengalaminya saat ini. Hal itu wajar terjadi pada setiap anak karena sedang melewati fase perkembangannya. Secara definisi perkembangan anak diartikan sebagai proses di mana anak mengalami perubahan seiring berjalannya waktu.

Perkembangan anak tersebut mengacu pada urutan perubahan fisik, bahasa, emosi dan pemikiran yang terjadi sejak anak lahir hingga awal masa dewasa. Selama proses ini, anak berkembang dari yang awalnya bergantung pada orangtua, menjadi pribadi yang mandiri.

Perkembangan anak tersebut mengacu pada urutan perubahan fisik, bahasa, emosi, dan pemikiran yang terjadi sejak anak lahir hingga awal masa dewasa.

kenapaya.id

Secara umum ada 3 fase unik perkembangan anak yang akan orangtua hadapi. Untuk itu, dengan mengetahui hal tersebut diharapkan kita sebagai orangtua dapat mengendalikan diri agar tidak berlebihan menyikapinya. Selain itu pahami dan hindari juga reaksi buruk yang sering orangtua lakukan pada anak. Sehingga bisa memberikan sikap pengasuhan yang tepat pada anak.

Cari Tahu Juga :
Standar Hidup Keluarga Baru, Ikut Siapa?

1. Fase usia dini (antara 0 – 6 tahun)

Pada fase ini, merupakan fase egosentris, di mana anak belum mampu keluar dari sudut pandangnya sendiri. Anak kita sedang senang bereksplorasi dan membutuhkan keamanan dan kenyamanan serta konsistensi hubungan yang sehat dari orang terdekatnya. Jangan kaget dan heran jika anak kita mengalami kondisi berikut:

Tantrum

Anak berkembang
Anak tantrum

Kondisi ini anak secara fisik berperilaku seperti menghentakkan kaki, tangisan kencang, berguling di lantai atau melempar barang. Ini perilaku wajar dan bukan cerminan pemberontakan. Anak bertingkah begitu karena ingin menyuarakan sesuatu atau keinginannya namun kapabilitas kata yang mereka miliki masih sangat terbatas.

Menghadapi tantrum, orangtua tentu harus tenang dan tidak terbawa suasana untuk cepat emosi. Berikan pengertian dan instruksi yang jelas, agar anak berhenti. Misalnya, “Kalau kamu berteriak, Ayah dan Ibu tidak mengerti. Coba diam dulu, bilang pelan-pelan, kamu mau apa?” Berikan dukungan agar anak bisa mengidentifikasi dan mengelola emosinya.

Anak banyak bertanya, kenapa dan mengapa?

Anak berkembang
Anak banyak bertanya

Pada usia 3-5 tahun, kemampuan bahasa anak mulai meningkat dan memiliki kemampuan membuat kalimat sempurna. Dalam kondisi ini, anak mengalami proses awal berpikir dan menalar suatu hubungan kausalitas (sebab akibat), yang tandanya yaitu adanya proses awal menuju pola berpikir abstrak (membayangkan sesuatu terjadi).

Dengan kata lain, aspek koginitif anak sedang berkembang, jadi sebagai orangtua harapannya bisa sabar untuk terus menjawab dengan sistematis guna membantu anak membuat pola pikir yang baik. Jika fase ini mampu anak lewati dengan baik, maka kecerdasan akal dan daya berpikir kritis anak dapat terbentuk. Jadi, jangan malas menjawab ya.

Cari Tahu Juga :
Menjadi Orang Tua yang Asik dan Tidak Ketinggalan Zaman

2. Fase anak-anak (antara 7 – 10 tahun)

Saat berada pada fase ini, anak mulai mengenal kemandirian dan memiliki naluri untuk menguasai banyak hal serta berusaha beradaptasi dengan ragam situasi sosial. Kemudian anak pun mulai sensitif terhadap perbedaan yang ada pada lingkungan sosial yang lebih luas dari keluarga intinya. Kondisi yang mungkin terjadi antara lain:

Sering menjawab (berargumentasi) dan membandingkan

Perkembangan anak
Anak lebih argumentatif

Pada rentang usia ini, pergaulan anak mulai meluas dan bertambahnya teman-temannya. Anak mulai banyak bertukar cerita dengan teman, maka sewajarnya anak menemukan perbedaan di antara mereka dan mulai membandingkan. Jangan kaget saat anak membandingkan aturan yang kita, orangtuanya terapkan, dengan orangtua temannya. Atau membandingkan cara orangtuanya mendidik.

Nah, di sini kita sebagai orangtua berusaha memberikan penjelasan dengan bijak bahwa setiap keluarga memiliki aturan keluarga dan cara dalam mendidik, jadi tidak ada yang paling benar ataupun yang salah. Kemudian dalam kesempatan lain berusaha untuk mengajak anak berdiskusi guna membangun kedekatan dan membimbing anak dalam mengolah setiap informasi yang diterimanya.

Bersikeras atau ngotot

Fase perkembangan
Anak bersikeras pada orangtua

Pernahkah mengalami atau sedang mengalami masa di mana anak menganggap pendapat guru atau temannya adalah hal yang benar atau mutlak?. Ya, itu memang sedang masanya, saat proses nalar anak sedang berkembang untuk mendapatkan pemahaman baru dan sosok sosial yang sering mereka temui menjadi ladang sumber yang terpercaya untuknya.

Cari Tahu Juga :
Membangun Kecintaan Anak pada Membaca, Ini Caranya

Pada fase ini sebagai orangtua, kita mulai dengan sabar membimbing anak untuk berpikir kritis dengan latihan untuk selalu menguji setiap pendapat atau omongan yang mereka terima apakah sesuai dengan fakta. Bisa kita lakukan melalui buku, situs internet yang terpercaya, atau media cetak dan elektronik yang kredibel.

3. Fase remaja (antara 11 – 14 tahun)

Di usia ini anak kita sedang memasuki masa pubertas. Beragam perubahan terjadi, baik secara fisik maupun mental. Masa peralihan menuju dewasa ini diwarnai dengan kebimbangan, pertanyaan akan kemampuan diri, ingin tampil beda. Pengaruh teman sebaya sangat berpengaruh, hingga menimbulkan sikap yang meragukan atau menantang sosok otoritas seperti orangtua atau guru.

Menurut sebagian orangtua, masa ini merupakan masa di mana anak akan sulit untuk dipahami. Hal itu karena anak mulai menunjukkan perilaku sebagai berikut:

Bersikap tertutup

Perkembangan anak
Anak lebih tertutup

Kondisi ini anak mulai merasa memiliki privasinya sendiri, sehingga semua hal tak lagi mereka ceritakan pada kita orangtuanya. Sikap tertutup anak ini bisa kita maknai dua hal. Pertama, sebagai bagian dari tempramennya. Kedua, bisa jadi bagian dari proses mencerna banyak informasi baru yang ia temukan seiring dengan berkembangnya lingkup sosial.

Komunikasi menjadi hal yang amat penting dalam fase ini, tetapi tetap harus kita lakukan dengan cara yang tepat agar anak merasa nyaman. Tujuannya untuk membiasakan anak membuka diri dan bercerita agar orangtua mampu mengatasi keraguan benar atau salah yang sedang mereka alami.

Cari Tahu Juga :
Dampak Kekurangan Air Pada Tubuh Anak, Orangtua Harus Tahu!

Anak mulai memberontak, melanggar atau menolak aturan

Fase perkembangan
Anak tidak suka diatur

Ini adalah hal yang paling khas dan sering terjadi pada remaja. Di saat anak kita sedang mulai mencari jati dirinya dan mulai merasa mandiri serta dianggap mampu mengambil keputusan sendiri, sikap memberontak dan keinginan untuk melanggar aturan akan muncul. Anak mungkin akan mengambil keputusan yang belum dipikirkan matang, hanya karena menurutnya benar atau bisa dimaklumi.

Fenomena tumbuh kembang ini adalah hal yang wajar sebagai tanda proses pematangan berpikir. Kunci agar proses perkembangan ini berbuah positif adalah semaksimal mungkin kita hadir untuk memantau segala perkembangan yang terjadi. Lalu berkomunikasi secara dua arah dengan anak agar anak merasa nyaman melewati fase ini bersama kita, orangtuanya.

Kunci agar proses perkembangan ini berbuah positif adalah semaksimal mungkin kita hadir untuk memantau segala perkembangan yang terjadi.

kenapaya.id

Itulah fase unik perkembangan anak yang mungkin masih jarang diketahui oleh para orangtua. Dengan mengetahui fase-fase tersebut, maka kita tidak lagi mengalami kebingungan yang dapat berakibat salah dalam memberikan perhatian pada anak. Alih-alih berharap hasil yang positif namun yang terjadi malah sebaliknya. Untuk itu, pelajari fase perkembangan anak dan persiapkan program pengasuhannya.

Ada cerita menarik apa, saat ayah dan bunda menghadapi 3 fase unik perkembangan sang buah hati? Yuk berbagi.

Bagaimana Reaksinya, Parents?
+1
+1
+1
1
+1
+1
1
+1
+1

Tim Admin

Tim Admin Parentspedia

More Reading

Post navigation

Leave a Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *