Home » Anak » Sekarang Anak Balita Bunda Kok Mulai Membantah, Kenapa Ya?
Anak membantah

Sekarang Anak Balita Bunda Kok Mulai Membantah, Kenapa Ya?

Kenapa Ya? Pertanyaan ini sering muncul dari para orangtua yang mulai sering mendengar anak balita berkata “tidak!” atau nggak!. Dalam suatu waktu, ketika kita sebagai orangtuanya menasihati, sang anak suka menjawab “biarin”. Jika begitu kondisinya, apakah ini pertanda negatif? Apakah harus dicemaskan? Perlukah konsultasi dengan psikolog anak? Tenang, jangan buru-buru cemas dan emosi.

Kebiasaan anak selalu bilang “tidak” bukanlah sesuatu yang perlu kita khawatirkan dan sikapi secara berlebihan. Anak kita sedang memasuki fase melawan. Anak balita selalu berkata “tidak” merupakan hal yang normal dan pasti terjadi pada siapa saja. Kondisi ini disebut toddler refusal syndrome dan merupakan bagian dari fase perkembangan anak. Umumnya terjadi pada anak antara usia 2-3 tahun.

Toddler refusal syndrome termasuk ke dalam perkembangan sosio-emosional. Pada fase ini, kebiasaan anak selalu bilang “tidak” muncul karena mereka telah menyadari akan keinginannya sendiri sehingga ingin mengutarakannya. Hal ini termasuk juga dalam perkembangan bahasa ekspresif anak. Perkembangan kemampuan dalam mengutarakan apa yang ingin anak ucapkan dari apa yang dirasakannya.

Mengapa anak menjawab “tidak” atau “nggak”?

Menurut John Sargent, MD, dosen psikiatri anak di Baylor College of Medicine, Houston, Texas. Bahwa anak sering berkata “tidak” adalah bentuk adu argumentasi antara anak dengan orangtuanya. Hal ini merupakan upaya anak dalam menambah rasa percaya diri. Mereka ingin menunjukkan bahwa di usianya, mereka mampu melakukan sesuatu sendiri, tanpa campur tangan orangtua.

Cari Tahu Juga :  Orangtua Jangan Suka Paksa Anak Balita Minta Maaf, Kenapa Ya?

Mengapa anak menjawab “tidak” atau nggak”, karena alasannya adalah untuk mendapatkan respon orangtua dan ingin menunjukkan jika mereka itu punya power atau self-autonomy, bukan karena mereka tidak ingin melakukan sesuatu yang kita instruksikan. Hanya saja butuh pendekatan baru agar mereka mau melakukannya segera.

Penolakan dari anak adalah salah satu indikator bahwa anak memiliki perkembangan yang baik. Artinya, anak punya kemampuan bahasa ekspresif yang baik, serta menandakan adanya pola asuh yang benar di rumah. Meski begitu, kebiasaan anak yang selalu bilang “tidak” sebaiknya tetap harus kita siasati agar tidak memicu emosi dan kita tetap bisa menjadi orangtua yang menyenangkan bagi mereka.

Strategi mengatasi anak balita yang suka membantah

Mengatasi anak yang sedang berada pada fase ini butuh strategi baru. Hal itu perlu kita lakukan agar hubungan antara orangtua dengan anak tidak renggang. Nah, berikut beberapa strategi pengasuhan yang dapat kita lakukan.

1. Berikan contoh yang baik pada anak

Balita meniru
Orangtua memberi contoh pada anak

Orangtua merupakan figur bagi anak di rumah. Anak akan selalu meniru perilaku orangtuanya. Kita sebagai orangtua wajib bisa mengendalikan sikap. Lalu berikan contoh perilaku yang baik kepada anak. Bagaimanapun keadaan emosi kita, jangan pernah malu untuk meminta maaf pada anak jika sempat berkata-kata atau berperilaku yang tidak semestinya.

Perilaku dan kata-kata positif yang selalu kita tunjukkan pada anak, mereka akan menirunya. Perkembangan bahasa ekspresif anak akan berkembang positif sesuai dari apa yang mereka terima dari lingkungannya. Maka dari itu kita berusaha menghindari reaksi buruk ketika dalam kondisi anak membantah.

Cari Tahu Juga :  Belajar Parenting Dianggap Cuma Teori Doang, Kenapa Ya?

2. Ajarkan anak cara merespon yang baik

Anak merespon
Ajarkan anak cara merespon yang baik

Pembendaharaan bahasa anak masih sangat terbatas. Nah, salah satu alasan anak sering berkata “tidak” adalah karena tidak tahu kata lain untuk menolak hal yang ditawarkan atau yang dinstruksikan. Oleh sebab itu, sering-sering ajak anak untuk berkomunikasi. Komunikasi yang efektif dengan cara yang menyenangkan. Salah satu caranya adalah dengan permainan tanya jawab.

Misalnya, “Apa lawan dari kata ‘tidak’?” (Tentu saja, “ya”). “Kata apa yang berada di antara ‘tidak’ dan ‘ya’?” Jawabannya adalah “mungkin”, “barangkali”, dan “bisa jadi”. Pertanyaan selanjutnya, “Apa cara yang lebih baik untuk mengatakan ‘tidak mau’ atau nggak mau?” Jawabannya adalah, “Tidak, terima kasih”.

Berkomunikasi melalui permainan akan sangat menyenangkan bagi anak. Hal itu akan membantunya memperbanyak kosakata. Dengan pembendaharaan kosakata yang kian bertambah, kemampuan bahasa reseptif (memahami bahasa yang diucapkan padanya) dan bahasa ekspresif anak semakin berkembang dengan baik.

3. Berikan pilihan tawaran untuk mengurangi anak langsung berkata “tidak”

Anak balita membantah
Berikan pilihan pada anak

Persoalan anak berkata “tidak” yang banyak orangtua ‘males’ meladeninya adalah saat makan, baik itu sarapan, makan siang dan makan malam. Untuk mengatasi persoalan itu, berikan anak dua pilihan kesukaannya. Pilihan di antara keduanya tidak menjadi masalah bagi kita saat anak memilih. Misalnya, tawarkan apakah mau makan dengan telur goreng atau mi goreng. Lalu minumnya susu atau yoghurt.

Cari Tahu Juga :  Pentingnya Menanamkan Nilai-Nilai Agama Pada Anak Sejak Dini

Cara ini dapat membantu kita menghindari drama saat waktu makan, dan juga anak memiliki alternatif jawaban selain kata “tidak”. Kemudian selain saat makan, cara ini bisa berlaku untuk mengatasi semua hal terkait rutinitas sehari-hari, mulai dari pemilihan pakaian, permainan, dan sebagainya. Perlu kita ingat, variasikan pilihan yang diberikan, agar anak tidak menemukan kebosanan dalam pelaksanaannya.

4. Jangan langsung bereaksi dan alihkan perhatiannya

Anak membantah
Bermain petak umpet dengan anak

Ketenangan sangat diperlukan jika anak sudah mengalami tantrum. Hindari tawar-menawar atau memaksanya berhenti. Kita hanya perlu diam sesaat untuk meredakan situasi. Kemudian kita bisa berpikir kreatif untuk mengalihkan perhatiannya. Mengalihkan perhatiannya dengan cara yang kreatif sangat perlu dalam situasi ini.

Misalnya, alihkan dengan permainan, seperti petak umpet atau berakting pantomim dan meminta anak untuk menebak setiap gerakannya. Anak akan tertawa melihat kekonyolan dan kelucuan kita, dan segera lupa dengan situasi sebelumnya. Lalu emosi dan kemarahan kita pun akhirnya reda dan larut terbawa suasana yang menyenangkan

5. Sesekali boleh penuhi permintaan anak

Anak tidak nurut
Sesekali Penuhi keinginan anak

Dalam beberapa kesempatan saat anak berkata “tidak” terhadap instruksi kita, tidak ada salahnya kita menuruti kemauannya. Misalnya, saat anak tidak mau memakai baju yang kita pilihkan untuknya, biarkan saja. Dalam kasus tersebut, akan lebih baik jika kita mengizinkan anak yang memilih. Dengan demikian, anak akan merasa memiliki kontrol terhadap dirinya sendiri.

Cari Tahu Juga :  Jangan Tunda, Penting Ajarkan Anak Disiplin Sejak Dini, Kenapa Ya?

Selain itu, untuk hal-hal yang berbahaya dan prinsipil, kita tetap harus tegas dan konsisten untuk mengatakan “tidak” pada anak. Hal ini agar anak belajar memahami batasan-batasan yang boleh dan tidak boleh.

Fase anak balita membantah orangtuanya dengan sering mengatakan “tidak”, “nggak” atau “biarin” akan sembuh dengan sendirinya. Dengan nalar kognitif dan sosio-emosionalnya yang semakin berkembang, anak akan mampu mengontrol diri. Bagi kita para orangtua, setelah memahami fase ini dan strategi mengatasinya, mari berusaha untuk lebih tenang dalam mengendalikan emosi dan bijaksana membimbing anak-anak.

Bagaimana Reaksinya, Parents?
+1
+1
+1
+1
+1
+1
+1

Tim Admin

Tim Admin Parentspedia

More Reading

Post navigation

2 Comments

  • Anak saya 1.5 tahun sudah mulai bereaksi seperti ini. Salah satunya ketika diajak mandi, dia berusaha melawan karena tidak suka dikeramasi. Awalnya saya kesal juga, sudah belajar membantah anak ini. Tapi setelah tahu ilmunya, alhamdulillah ternyata anak saya berkembang dengan baik.

    • Sama mbak, anak saya juga ga suka klo dikeramas. Alhamdulillah jika bermanfaat artikelnya. 🙂

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *