Kenapa Ya? Boleh sepakat atau tidak dengan pertanyaan itu. Setiap orangtua, baik hanya ayah yang bekerja atau bunda saja yang bekerja atau kedua-duanya tentu semua tujuannya satu, yakni untuk keluarga. Semua berusaha untuk memenuhi kebutuhan keluarga dari hasil usaha pekerjaannya itu. Niat dan usaha itu baik. Artinya keluarga menjadi hal yang penting dan patut kebutuhannya kita perjuangkan.
Namun benarkah demikian? Coba kita lihat pada aktivitas sehari-hari. Saat berangkat anak masih tidur. Ketika pulang anak sudah pada tidur. Belum lagi saat akhir pekan, fisik berada di rumah tapi masih sibuk dengan pekerjaan membuat laporan dan setumpuk jadwal agenda via daring lainnya.
Sebelum dilanjut, ada sebuah percakapan menarik antara seorang ayah dengan 4 orang anaknya. Diawali dengan banyak pertanyaan dari anak-anak. Mari kita simak.
“Mengapa banyak orang tak bertanggung jawab di Indonesia? Mengapa banyak teman-temanku yang seharian di keluarganya asyik sendiri? Kasihan banyak anak-anak tak diurus orangtuanya. Malah keluarga kita yang dianggap aneh, nggak punya handphone, nggak punya media sosial anak-anaknya, nggak mengenal jajan, malah dianggap aneh.”
Yang lain ada yang berkata, “Teman-teman Kaka yang sudah kuliah saja, sampai malam saja masih main HP padahal mereka hidup di keluarga? Atau Yah, mengapa banyak dosen-dosen yang sampai malam saja masih kerja? Apa mereka tidak punya keluarga? Malam-malam masih zoom-zooman, bahkan ada dokter yang bilang ke Kaka, ‘Kita kadang harus mengorbankan keluarga demi kesuksesan’. (Anak ini kuliah medis jadi banyak dosennya yang juga berprofesi bidang medis).”
Lalu anak saya bertanya, “Benarkah harus dikorbankan? Memang tidak bisa keluarga harmonis tapi sukses juga?”
Benarkah keluarga harus kita korbankan?
Lalu sang ayah menjawab, “Demi Allah tidak ada orang yang mampu kerja 24 jam. Tidak ada. Kecuali tentu saja dalam keadaan emergency. Namun setelah emergency selesai? Dokter atau siapapun orang yang merasa sangat sibuk, sesibuk apapun, pasti dia butuh tidur, butuh makan, butuh rehat. Nah, ketika merasa “butuh” pasti disediakan waktunya kan? Karena merasa penting.
Sama seperti keluarga, masalahnya menganggap keluarganya itu penting tidak? Jika ya, maka pasti disediakan waktu, bukan disisakan waktu. Jika kemudian mereka mengatakan bahwa keluarganya penting, keluarga itu tak ternilai harganya, tapi kenyataannya tidak menyediakan waktu, ya berarti yang terjadi adalah tidak benar-benar penting. Sebab cinta itu kata kerja, bukan kata benda.”
Masalahnya menganggap keluarganya itu penting tidak? Jika ya, maka pasti disediakan waktu, bukan disisakan waktu.
kenapaya.id
Setelah anak-anaknya meresapi perkataan ayahnya. Sang ayah lanjut berkata.
“Tidak apa kalian benci sama Ayah dengan segala pola asuh yang Ayah terapkan, asalkan Ayah tidak benci kalian dan terutama kalian tidak dibenci Allah. Bahkan jika perlu Ayah masuk neraka, asal dibayar dengan kalian masuk surga.”
“Ngeri banget Ayah”, kata seorang anak. Lalu saya menjelaskan “Dengarkan baik-baik kalimatnya. Jika perlu. Masalahnya siapa yang perlu neraka Nak? Naudzubillah.”
Keluarga itu penting dan prioritas utama
Dari kisah di atas dapat kita ambil pelajaran. Bahwa penting itu artinya kita sangat membutuhkannya. Penting itu pasti kita jadikan prioritas utama. Dan prioritas itu pasti waktunya khusus bukan waktu sisa. Kira-kira apalagi pelajarannya menurut ayah dan bunda?
Boleh sepakat atau tidak dengan tulisan ini. Tentu, totalitasnya kita pada pekerjaan sekali lagi semua untuk keluarga. Semua untuk memenuhi kebutuhan mereka. Namun coba dalam satu kesempatan saja, kita bertanya pada keluarga, “apakah ini yang kalian butuhkan?” Atau “pernahkah merasa benar-benar kebutuhan kalian sudah terpenuhi dari semua yang sudah diberikan?”
Kebutuhan keluarga bukan hanya bersifat materi saja. Ada kebutuhan non materi yakni kasih sayang dan kehangatan hubungan. Mungkin kita semua pasti sudah tahu itu. Jika sudah tahu, mengapa masih berambisi mengejar kebutuhan materi saja?
Sebuah keberuntungan kita menyadari kekeliruan kita selama ini sekarang. Masih ada kesempatan untuk mengisi kekosongan dalam keluarga kita itu. Kekosongan karena selama ini kita tidak pernah mengisinya. Kekosongan kebutuhan non materi mereka. Kehangatan kasih sayang dan interaksi intens keluarga.
Tulisan ini bukan untuk menilai bahwa yang memiliki ambisi tinggi dalam bekerja itu salah. Semangat dan ambisi dalam pekerjaan itu boleh atau bahkan sangat perlu untuk mewujudkan tujuan kita masing-masing di dunia profesional.
Tulisan ini untuk sebagai pengingat bagi kita yang belum terlampau sampai tidak memiliki waktu untuk keluarga karena alasan pekerjaan. Dan juga semoga dapat menyadarkan kembali, bahwa katanya keluarga itu penting dan tak ternilai harganya. Semua itu tentu butuh pembuktian tidak cuma hanya kata-kata belaka saja bukan?
Mengutip perkataan sang anak dalam kisah percakapan di atas. “Memang tidak bisa keluarga harmonis tapi sukses juga?”
“Memang tidak bisa keluarga harmonis tapi sukses juga?”
kenapaya.id
Sekarang mari kita cari tahu, jika porsi perhatian kita pada pekerjaan tidak lebih besar dari perhatian kita pada keluarga, terutama pada anak-anak. Ini beberapa manfaatnya.
1. Anak-anak akan bahagia secara psikologisnya
Perhatian orangtua kepada anak akan sangat bermanfaat bagi kesehatan mentalnya. Anak akan lebih nyaman perasaannya sehingga terhindar dari depresi dan memiliki sikap yang baik dan jarang membantah setiap nasihat orangtua.
2. Anak-anak akan terhindar dari berbagai perilaku menyimpang
Dengan memberikan porsi perhatian yang cukup kepada anak, orangtua akan jarang menampakkan emosi negatif kepada anak. Sehingga perasaan positif antara orangtua dan anak bisa terjalin. Hal ini akan menurunkan tingkat kecenderungan perilaku menyimpang pada anak.
3. Hubungan antara orangtua dan anak akan lebih erat
Perhatian orangtua kepada anak juga dapat membangun komunikasi yang efektif di antara keduanya. Sehingga akan terjalin kedekatan yang erat dalam hubungan antara orangtua dan anak. Jika sudah demikian rasa saling percaya bisa semakin tumbuh dan berkembang. Dalam membangun komunikasi dengan anak, hindari penyebab komunikasi menjadi tidak efektif antara orangtua dan anak.
4. Anak-anak akan terdorong untuk berperilaku positif
Akibat rasa percaya yang kian tumbuh dan berkembang, akhirnya orangtua dapat menjadi teladan bagi anak. Orangtua dapat menanamkan nilai dan contoh perilaku positif pada anak. Anak juga dapat terbangun rasa tanggungjawab dan mampu menghadapi serta memahami apa yang terjadi di sekitarnya.
5. Orangtua dan anak akan mudah dan lebih kuat dalam menghadapi situasi sulit
Menjadi orangtua yang penuh perhatian, akan membuat kita bisa berpikir lebih mendalam dan mampu memproses setiap persoalan dengan lebih tenang. Sehingga dalam setiap langkah mengambil bisa lebih tepat dan anak pun dapat meniru setiap langkah positif yang orangtuanya lakukan.
Itulah yang akan terjadi pada keluarga kita jika mampu menyeimbangkan antara kebutuhan materi dengan non materi. Karena anak-anak kita itu memiliki pikiran dan perasaan, oleh karena itu, penuhi kebutuhannya dan perlakukan mereka selayaknya makhluk hidup yang mulia.
Jika bisa sukses dengan penuh rasa kebahagiaan, mengapa pilih menderita dengan penuh tekanan? Terakhir, boleh setuju atau tidak dengan tulisan ini. Yuk berbagi cerita.
Sumber cerita : Abaihsan.id
Tulisan ni menjadi pengingat bahwa keluarga itu penting bukan cuma soal materi tapi kehangatan kasih sayang. Makasih sharingnya