Kenapa ya? Pertanyaan yang mungkin ada dalam benak beberapa orangtua yang heran pada anaknya. Setelah dua tahun ‘dibatasi’ akhirnya mulai bisa berkumpul dengan keluarga besar. Setelah kumpul, saat bertemu orang baru, anak merasa tidak nyaman atau bahkan bersikap takut, menolak dan akhirnya sampai menangis. Jika sudah begini kita sebagai orangtua dibuat kewalahan dalam menyikapinya.
Kondisi ini hal yang wajar, umumnya dialami oleh anak-anak lebih muda atau anak usia dini. Ketakutan anak-anak bertemu dengan orang baru merupakan fase normal dalam perkembangannya. Di fase ini, anak sedang mengembangkan keterikatannya dengan orang-orang yang dikenalnya, seperti orangtua atau pengasuh utamanya. Sebelum dilanjut, cari tahu dan pahami dulu tentang 3 Fase Perkembangan Anak.
Bagi tipe anak yang mudah dan terbuka dengan orang baru, tentu hal ini bukan masalah. Namun untuk anak yang ragu-ragu dan malu, mereka cenderung membutuhkan waktu dan dukungan dari orang terpercayanya. Hal itu untuk memberikan pemanasan sebelum mereka merasa cukup nyaman untuk berinteraksi.
Bagi anak yang ragu-ragu dan malu, mereka cenderung membutuhkan waktu dan dukungan dari orang terpercayanya.
kenapaya.id
Sebagian besar ketakutan anak-anak terhadap orang baru akan mulai surut setelah usia dua tahun. Meski begitu, ada juga anak yang butuh waktu lebih dari dua tahun. Nah, untuk itu kita mesti memahami penyebab anak takut bertemu orang baru. Ada beberapa hal yang menyebabkan anak takut bertemu orang baru, antara lain:
1. Temperamen Bawaan
Sebagian anak, mudah atau sulitnya dalam berbaur dengan orang lain ada yang disebabkan oleh temperamen bawaan sejak lahir. “Ada anak yang easy going, ada pula yang memang secara bawaannya slow to warm up. Mereka lebih mudah cemas jika berpisah dari orangtua atau cemas ketika bertemu dengan orang baru atau berada di situasi yang tidak familiar baginya.
2. Pengasuhan orangtua yang terlalu protektif
Hal ini yang jarang disadari orang kita para orangtua. Rasa kekhawatiran yang tinggi pada anak mengakibatkan anak kurang mendapatkan kesempatan berinteraksi secara bebas dengan lingkungannya, jarang bertemu dengan orang lain selain yang sudah dikenalnya. Sehingga anak juga jadi mudah cemas, bahkan dalam hal berinteraksi dengan orang lain.
3. Menangkap perasaan orangtua
Anak-anak kecil sangat peka terhadap perasaan orang terdekatnya. Mengutip dari Good Therapy, anak-anak kecil ikut merasakan kecemasan yang dialami ibunya. Seorang ibu yang cemas saat berinteraksi dengan orang lain dapat secara tidak disadari menunjukkan perilaku tersebut kepada anak. Akhirnya, isyarat nonverbal ini bisa mengajari anak bahwa orang asing adalah sumber kecemasan.
4. Tidak tahu apa yang harus dilakukan
Kurangnya latihan dan bimbingan orangtua kepada anak untuk menghadapi orang baru, sering kali anak menjadi bingung, khawatir bahkan takut. Dalam kondisi bingung itu, bila mereka terus didorong atau dipaksa untuk segera mampu berinteraksi dengan lancar, mereka malah bisa jadi memilih untuk menghindar.
Strategi pengasuhan untuk membantu anak saat bertemu orang baru
Setelah kita memahami penyebabnya, kita bisa lebih mengerti perasaan dan kondisi yang anak-anak kita alami saat berada di lingkungan baru dan bertemu orang baru. Kemudian, kita bisa lebih bijaksana membimbing mereka menghadapi orang baru. Sekarang, di momen suasana hari raya ini, bisa menjadi kesempatan bagi anak untuk bertemu dan berinteraksi dengan keluarga besar.
Setelah kita memahami penyebabnya, kita bisa lebih mengerti dan lebih bijaksana membimbing mereka menghadapi orang baru.
kenapaya.id
Menurut Irma Gustiana, seorang psikolog anak. Ada 7 strategi pengasuhan yang dapat orangtua lakukan untuk membantu anak saat bertemu orang baru.
1. Persiapkan anak untuk bertemu orang baru
Berikan penjelasan pada anak mengenai rencana silaturahim keluarga. Ceritakan tentang situasi atau orang baru, yang akan membantu anak mengetahui apa yang diharapkan. Misalnya, “kita akan berkunjung ke rumah saudaramu, mereka punya banyak mainan, kolam ikan yang besar juga”. Semakin anak tahu sebelumnya, akan semakin nyaman perasaannya.
2. Gunakan foto-foto keluarga
Kenalkan dan ceritakan tentang setiap anggota keluarga besar melalui media foto. Upaya ini dapat menjembatani sebelum bertemu dengan orang yang akan anak temui. Sehingga anak bisa mempersiapkan diri dan merasa lebih akrab dengan mereka nantinya.
3. Pelan-pelan dalam memulai interaksi
Perkenalkan anak kepada orang-orang baru secara pelan-pelan dan bertahap. Tempatkan anak di pangkuan (bagi usia balita), atau berada dekat dengan anak lain. Bicarakan tentang apa yang mereka lakukan dengan suara yang menenangkan dan menyenangkan.
4. Komunikasikan perasaan positif terhadap orang lain secara nonverbal
Bangun kenyamanan anak dengan menggunakan ekspresi wajah dan bahasa tubuh yang positif. Hal itu untuk mengurangi rasa kecemasan pada anak. Misalnya, turut larut dalam keseruan permainan anak-anak dengan mengajak anak tepuk tangan.
5. Sarankan agar orang lain bersikap pelan-pelan saat berinteraksi
Berikan pada orang lain mainan atau buku favorit anak-anak untuk digunakan saat memulai interaksi untuk pertama kalinya. Hal itu sebagai jembatan untuk terhubung dengan anak. Selain itu juga untuk mengakrabkan diri dan memberikan rasa nyaman dan aman pada anak.
6. Jangan memberi label pada anak
Hindari melabelkan sesuatu pada anak. label dapat melekat dan tidak membantu anak berkembang optimal. Sebagai orangtua, kita bisa menjelaskan kepada anak dan orang lain. Jelaskan bahwa anak kita lebih suka melakukan sesuatu dengan pelan-pelan atau membutuhkan waktu untuk beradaptasi.
7. Jangan memaksa anak untuk segera beradaptasi
Beberapa anak membutuhkan waktu untuk bisa merasa aman dan nyaman. Memaksa anak dapat membuat mereka merasa cemas dan justru akan semakin lama beradaptasi. Oleh karena itu, berikan anak kesempatan untuk mengamati situasi. Hal itu untuk membuatnya nyaman dan tidak merasa terancam dengan kehadiran orang-orang baru.
Dalam proses pengasuhan agar anak bisa beradaptasi dengan lingkungan dan orang baru, setiap anak berbeda-beda hasil perkembangannya. Jangan mengharapkan hasil yang instan dan cepat. Berusaha terus secara intensif dan perlahan agar hasilnya sesuai seperti yang kita harapkan dan tidak menjadi trauma bagi anak ketika bertemu orang baru.
Bener, pengalaman cucu saya malu banget klo ketemu orang baru. Makasih sharingnya.
Kalau ku sih lebih baik arahin anaknya dengan baik dan terus pantau perkembangannya. Itu sih yang mau saya lakuin nanti, btw belum merit dan masih single free, hehhee