Home » Ayah » Fatherless, Ayah Engkau Di mana?
Fatherless

Fatherless, Ayah Engkau Di mana?

Parents, kita tahu bahwa seorang anak yang sehat itu tumbuh di bawah asuhan kedua orang tuanya. Mereka akan terbentuk kepribadiannya sebagaimana didikan dan kasih sayang yang kedua orang tuanya berikan. Bisa diibaratkan bahwa kedua orang tuanya adalah sepasang sayap yang akan membawanya terbang. Dan tentunya kedua sayap itu harus mampu mengepak secara bersamaan dan teratur. Itulah pengasuhan anak yang dilakukan oleh ayah dan bunda yang tentu harus seimbang.

Ayah engkau di mana? Mengapa kau di rumah tapi kurasa tak ada

Ayah engkau tahukah, kurindukan saat-saat kita kumpul bersama

Sedikit penggalan sebuah lirik lagu karya Feri The Ozy yang dipopulerkan oleh Dian The Jenggot feat Nakami. Lagu yang menggambarkan isi hati seorang anak tentang ayah. Gambaran kondisi ayah hari ini. Ada ayah di rumah, tapi kehadirannya tidak dirasakan oleh keluarganya. Banyak ayah yang tinggal bersama, bukan hidup bersama. Dalam masa pertumbuhannya, anak-anak kurang mendapatkan peran pengasuhan dari seorang ayah.

Fakta Fatherless di Indonesia

Sumber : JawaPos

Berkenaan peran ayah dalam pengasuhan, Indonesia menempati urutan ketiga di dunia sebagai negara dengan anak-anak tanpa ayah (fatherless country). Negara dengan kasus “fatherless” terbanyak merupakan negara yang memiliki kasus anak bertumbuh kembang tanpa kehadiran ayah, atau anak yang mempunyai ayah tapi ayahnya tidak berperan maksimal dalam proses tumbuh kembang anak dengan kata lain pengasuhan,” mengutip kata Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Retno Listyarti dari Antara.

Cari Tahu Juga :
Komunikasi Orangtua dan Anak Sering Tidak Efektif, Kenapa Ya?

Fenomena fatherless ini muncul sebagai akibat dari peran ayah yang hilang dalam proses pengasuhan tumbuh kembang anak. Salah satunya karena anggapan orang tua dulu terkait peran gender dalam rumah tangga yang masih melekat di masyarakat Indonesia. Masyarakat berfikir bahwa peran pengasuhan itu menjadi kewajiban seorang ibu, dan ayah cukup fokus pada kewajiban mencari nafkah untuk dukungan finansial pada keluarga.

Dalam keluarga, kewajiban seorang ayah bukan hanya mencari nafkah saja, namun juga bertanggung jawab atas tumbuh kembang anak. Tidak hanya memperhatikan fisik saja, namun juga perkembangan mental dan sosial anak. Perhatian kecil yang ayah lakukan terus menerus akan berdampak besar terhadap diri anak.

Kewajiban seorang ayah bukan hanya mencari nafkah saja, namun juga bertanggung jawab atas tumbuh kembang anak.

parentspedia

Dalam aktivitas di rumah, sebuah hal kecil yang ayah lakukan, misalnya ketika ayah sedang membetulkan perabotan rumah, lalu secara tidak langsung anak akan melihat bahwa ayahnya merupakan sosok yang kreatif dan bertanggung jawab. Sekalipun seorang ayah sangat hebat di tempat kerja, tapi yang menjadi perhatian adalah apa yang anak jumpai pada diri ayahnya Ketika berada di rumah.

Dampak Kurangnya Peran Ayah dalam Keluarga

Anak yang mengalami fatherless rata-rata tumbuh menjadi pribadi yang selalu merasa kurang percaya diri, cenderung menarik diri di kehidupan social. Lalu anak juga rentan terlibat dalam penyalahgunaan obat-obatan terlarang, rentan melakukan tindak kriminal dan kekerasan. Kondisi kesehatan mentalnya bermasalah, munculnya depresi hingga pencapaian nilai akademis yang rendah.

Cari Tahu Juga :
Waspada Parents, Wabah DBD Pada Anak Saat Peralihan Musim

Hal tersebut umumnya terjadi karena anak kehilangan sosok ayah sebagai panutan dan pendamping hidup. Adanya kekosongan peran ayah dalam pengasuhan anak, terutama dalam periode usia emas, yakni usia 7-14 tahun dan 8-15 tahun sangat berpengaruh. Salah satunya dalam urusan prestasi sekolah. Dampak fatherless bagi anak-anak yang bersekolah antara lain sulit konsentrasi, motivasi belajar yang rendah, dan rentan terkena drop out.

Seorang ayah tentunya akan berharap anaknya mampu memiliki keterampilan menyelesaikan masalah dengan baik. Anak mampu berbaur dengan lingkungan sosial tanpa mudah terpengaruh ajakan yang negatif. Tapi di sisi lain lupa bahwa yang memberikan bekal dan kemampuan tersebut adalah ayah. Karena ayah sebagai figur kekuatan, ketegasan, ketahanan dan kestabilan dalam keluarga.

Ayah Menjadi Role Model dalam Keluarga

Sumber : Freepik

Perlu kita ketahui bahwa dalam keluarga ada sosok yang menjadi Role Model. Role Model merupakan teladan yang bisa memberikan contoh yang baik kepada orang lain. Role model ini biasanya merupakan orang yang berpengaruh. Bisa jadi, hal ini karena karakteristik yang kuat serta kharisma yang terpancar, dan Role Model dalam keluarga adalah ayah. Ayah bisa menjadi Role Model yang baik bagi buah hatinya.

Salah satu contohnya ketika anak melihat temannya berselisih di sekolah. Dia bisa jadi penengah yang baik jika sering melihat ayahnya bersikap bijak di rumah. Jika temannya mengejek, dia akan bersikap abai, tidak mudah terpengaruh dan tidak memperdulikannya apabila di rumah juga sering melihat ayahnya sebagai seorang yang tangguh.

Role Model dalam keluarga adalah ayah. Ayah bisa menjadi Role Model yang baik bagi buah hatinya

Parentspedia

Sebenarnya ada banyak kisah fatherless, namun mungkin tak kita sadari. Misalnya pada sebagian keluarga di sekitar kita yang kehilangan figur ayah karena alasan sibuk bekerja dan sering bepergian keluar kota, atau tanpa sadar tidak menjadikan keluarga sebagai prioritas.

Cari Tahu Juga :
Ucapan-Ucapan Ajaib Ini Harus Anak Dengar Dari Orangtua, Kenapa Ya?

Mengutip dari laman Halodoc.com, ada teori yang mengatakan bahwa anak laki-laki yang tidak mendapatkan perhatian dan kehadiran ayahnya, biasanya sering mengalami kesedihan, depresi, hiperaktif, dan murung. Sementara anak perempuan yang tidak mendapat asuhan ayah akan cenderung memiliki sifat terlalu mandiri dan individualis. 

Setelah kita tahu apa itu fatherless dan bagaimana dampaknya, kita perlu mencegahnya dengan memperbaiki hubungan ayah dan anak dengan cara-cara berikut:

1. Tidak Terlalu Sibuk dengan Pekerjaan

Sebagai tulang punggung keluarga sangat wajar Ketika seorang ayah selalu fokus dengan pekerjaannya, namun menjadi suatu yang kurang baik Ketika terlalu sibuk dengan pekerjaan sampai tidak sempat meluangkan waktu untuk sekedar mengobrol dengan anak. Obrolan ringan dengan menanyakan hal kecil juga akan lebih menjadikann keduanya lebih dekat. Misalnya dengan menanyakan kegiatan apa saja yang sudah selama belajar di sekolah “tadi kaka ngapain aja di sekolah?” “tadi ulangan pelajaran sekolahnya gimana?” dan lain sebagainya.

2. Mendengarkan Cerita Anak dengan Antusias

Seorang anak fitrahnya akan mudah bercerita tentang hal-hal menarik yang ia temui di sekolah. Anak akan menunggu ayahnya pulang dan ingin menceritakan apa yang sudah ia alami di sekolah. Apabila kita mendengarkan ceritanya lalu meresponnya dengan biasa saja, tentu anak akan merasa bahwa ayahnya tidak memperhatikannya, ekspresinya berubah menjadi cemberut dan kemudian anak akan enggan untuk bercerita kembali.

Cari Tahu Juga :
Parenting Milenial: Kesehatan Mental hingga Kemandirian Anak

Lain halnya Ketika kita mendengarkan dengan penuh perhatian dan meresponnya dengan lebih ekspresif tentu anak juga akan lebih antusias melanjutkan ceritanya. Semakin sering anak bercerita panjang lebar, artinya anak merasa nyaman, karena menilai bahwa ayahnya adalah sosok yang mampu mengerti dirinya.

3. Menemani Anak Mengerjakan Tugas Sekolah

Kita tahu bahwa hampir setiap hari anak mendapat tugas sekolah untuk belajar di rumah. Ketika anak mengerjakan tugas sekolah tentunya ia seringkali mengalami kesulitan, ini menjadi kesempatan ayah untuk dapat menjalin kedekatan dengan anak. Misalnya dengan memberikan perhatian dan menawarkan bantuan, tentunya bukan untuk memberi tahu semua jawaban, tapi lebih kepada membantu anak agar memahami tugas sekolahnya.

Atau bisa juga dengan memberikan dorongan dengan mengatakan kalimat positif dan suportif seperti, “coba kaka lihat lagi baik-baik materinya”, “coba kak, kita coba pahami bersama terlebih dahulu kalau sudah paham pasti lebih mudah”.

4. Berikan Apresiasi pada Anak

“Kaka hebat deh” kata-kata seperti itu terlihat biasa saja namun sebenarnya sangat berarti. Kalimat sederhana itu mampu membuat hati anak berbunga-bunga dan membekas jika disampaikan pada waktu dan cara yang tepat. Anak akan merasa bahwa dia telah melakukan sesuatu yang berarti. Misalnya saja ketika seorang kakak yang sedang membantu adiknya merapihkan mainan dalam momen seperti itu ayah bisa memberikan apresiasi.

Cari Tahu Juga :
Abbas ibn Firnas: Pelopor Penerbangan yang Menginspirasi

Menjadi seorang ayah yang baik bukan berarti harus menjadi Superman atau Superdad. Cara paling sederhana adalah dengan berusaha meluangkan waktu untuk hadir bersama anak. Kemudian memberikan telinga untuk mendengarkan kisah dari anak-anak, memberikan kehangatan melalui ciuman, pelukan, atau bentuk kasih sayang lainnya. Sejatinya itulah yang anak-anak butuhkan dan sangat berguna bagi kesehatan mentalnya.

Ditulis oleh. Bahaudin, S.Sos. | @bahaudinmuhit

Bagaimana Reaksinya, Parents?
+1
2
+1
+1
1
+1
+1
+1
+1

Tim Admin

Tim Admin Parentspedia

More Reading

Post navigation

Leave a Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *