Kenapa Ya? Mungkin dalam benak anak-anak muncul pertanyaan demikian. Pertanyaan yang tidak sampai terucap oleh lisan polos mereka. Bisa jadi karena mereka bingung bagaimana harus mengucapkannya pada orangtua. Akhirnya mereka ungkapkan dalam beragam pola tingkah laku.
Tingkah laku yang mungkin selama ini membuat kita harus ‘terpaksa’ sabar menghadapinya. Kok terpaksa? Ya, karena mereka anak kita bukan? Anak yang membuat kita awalnya kurang sabar menjadi lebih sabar. Awalnya ‘terpaksa’ berubah menjadi ikhlas. Awalnya terbatas menjadi tak terbatas. Padahal jika orang lain yang melakukannya pada kita, bisa jadi kesabaran kita ada batasnya.
Setiap orangtua, termasuk kita pasti akan berusaha semaksimal mungkin untuk menjadi orangtua yang baik dan ideal bagi anak. Beragam kesibukan rela kita lakukan untuk memenuhi kebutuhan mereka. Apapun itu semua demi anak bisa bahagia kehidupannya.
Begitupun juga anak kita. Mereka pasti berusaha agar dapat menjadi anak yang baik dan membanggakan orangtua. Dengan beragam keterbatasan mereka saat ini, mereka berusaha untuk memahami setiap arahan dan bimbingan dari orangtuanya. Sama seperti kita, mereka berusaha untuk orangtuanya.
Dengan beragam keterbatasan mereka saat ini, mereka berusaha untuk memahami setiap arahan dan bimbingan dari orangtuanya.
kenapaya.id
Pada sesi konseling atau pemeriksaan psikologis anak usia remaja. Seorang psikolog, Irma Gustiana mendengarkan beragam curahan hati para remaja tentang hal-hal yang mereka inginkan (terkait aspek psikologis) dari orangtuanya. Kebanyakan dari mereka tidak tahu atau bingung caranya. Tidak semua anak bisa mengekspresikan dan mengutarakan isi pikirannya.
Seandainya mereka kita berikan kesempatan dan orangtua mau peka. Dengan menggunakan bahasa mereka, inilah beberapa hal yang anak inginkan dari orangtuanya.
1. Tunjukkan padaku (Anak butuh Keteladanan)
“Kak, tolong bantu ayah berkebun yuk”. Atau “Kaka, beresin kamarnya sekarang!”. Kalimat mana yang sering kita gunakan kepada anak? Kalimat ajakan atau kalimat perintah? Jika kalimat perintah yang sering kita gunakan, maka wajar jika dalam hatinya, yang mereka inginkan dari orangtuanya adalah sebuah contoh.
Role model, atau sering kita sebut keteladanan. Itulah yang anak butuhkan daripada hanya memberi tahu, mendikte dan memerintah. Sebagai orangtua, kita adalah figur yang paling dekat dengan anak. Apapun yang kita lakukan, akan menjadi model bagi pendidikan anak-anak.
Mengajak anak untuk terlibat dalam aktivitas sehari-hari bersama orangtua merupakan hal yang penting. Anak akan belajar langsung dengan memperhatikan orangtuanya. Belajar langsung seperti itu tidak mungkin bisa jika orangtua sering memerintah, mendikte atau sekedar memberi tahu.
2. Sayangi dan cintai aku dengan pelukan dan ciuman
Pelukan dan ciuman sangat setiap orang butuhkan berapapun usianya, termasuk anak kita. Selama tinggal bersama anak, sudah berapa kali kita memberikan pelukan dan ciuman pada mereka?. Anak akan sangat bahagia dan merasa aman saat mereka mendapat pelukan dan ciuman orangtuanya. Selain itu anak akan jauh lebih matang psikisnya.
Mengutip dari Jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences, mencium dan memeluk anak apalagi sejak mereka masih kecil, dapat meningkatkan hormon endorfin dan oksitosin. Kedua hormon tersebut bisa merelaksasi saraf yang tegang dan tekanan darah tinggi. Efeknya si kecil kelak dapat bersikap lebih tenang dalam menyikapi suatu hal.
Selain itu, penelitian juga menunjukkan bahwa anak yang sering mendapat pelukan atau ciuman dari ibu atau ayahnya dapat membuat ia lebih cerdas. Pasalnya, rasa nyaman karena peluk dan cium itu akan membuatnya bahagia dan inilah yang juga berperan dalam mendorong perkembangan sel-sel dalam otak anak.
Mengutip dari Jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences, mencium dan memeluk anak apalagi sejak mereka masih kecil, dapat meningkatkan hormon endorfin dan oksitosin.
kenapaya.id
Untuk itu, mulai sekarang kita seimbangkan pemenuhan kebutuhan anak. Bukan hanya memberikan kebutuhan lahir tapi juga berikan pelukan dan ciuman untuk memenuhi kebutuhan batin mereka.
3. Disiplin dengan cara positif
Sebagai anak, mereka sebenarnya sangat ingin menerapkan pola hidup disiplin. Namun karena otak mereka masih berkembang, sehingga proses penerapannya berjalan pelan-pelan dan bertahap. Mereka sangat ingin belajar, tetapi sebagai orangtua, kita terlalu menginginkan hasil yang instan dan cepat. Akhirnya dalam prosesnya penuh dengan tekanan kepada anak.
Tahukah, disiplin asalnya adalah bahasa Latin yang artinya belajar. Nah, yang anak butuhkan adalah mengajarkan disiplin dengan cara-cara yang positif penuh dengan kesabaran. bukan memaksanya. Cara postif pondasinya adalah rasa saling percaya dan menghargai antara orang tua dan anak. Dengan begitu, anak akan belajar untuk bertingkah laku yang baik tanpa perlu kita marahi atau hukum.
4. Aku ingin ditanya bagaimana perasaanku, bagaimana hari-hariku
Perhatian yang tidak menginterogasi dari orangtua, itulah yang anak-anak butuhkan. Karena anak ingin orangtuanya mengerti apa yang terjadi padanya. Tanyalah mereka dan biarkan bercerita. Walaupun kita merasa sangat penat dan letih akibat aktivitas sehari-hari, luangkan waktu untuk bertanya dan mendengarkan mereka bercerita tentang apa yang telah dialaminya.
Orangtua yang selalu mendengarkan cerita anak tanpa menginterogasi, bisa dipastikan komunikasinya akan berjalan sangat baik dan lancar, sehingga bisa saling memahami. Jika sudah demikian, maka hubungan diantara keduanya akan sangat erat dan harmonis.
5. Tolong dengarkan Aku
Masih ada kaitannya dengan poin sebelumnya. Mendengarkan tanpa dihakimi dan diceramahi menjadi perhatian yang dibutuhkan anak dari orangtuanya. Dalam diskusi atau obrolan antara orangtua dan anak, terkadang kita ‘latah’ jika tidak mengomentarinya. Itu yang sering terjadi, sehingga anak merasa tidak didengarkan pendapatnya. Anak menjadi merasa kurang perhatian dari orangtuanya.
Anak kita sudah beranjak remaja dan menuju pada kedewasaan. Mereka memiliki pengalaman dan pemahamannya sendiri. Cobalah untuk menjadi teman bagi mereka, dengarkan setiap pendapat dan ungkapan perasaan mereka. Jadilah orangtua yang nyaman bagi anak-anak kita.
6. Terima aku apa adanya, tanpa syarat
Orang dewasa saja menginginkan suatu hubungan yang apa adanya, tanpa syarat. Orang dewasa saja tidak senang jika dibanding-bandingkan dengan orang lain. Begitupun juga dengan anak-anak. Anak-anak kita tidak selamanya menerima atau menanggapi positif jika dibanding-bandingkan dengan anak orang lain, termasuk dengan saudara kandungnya sendiri.
Setiap anak memiliki potensi dan kekurangannya masing-masing. Mereka ingin diakui keberadaannya sesuai dengan apa yang mereka miliki. Sering membanding-bandingkan anak akan memunculkan dampak buruk bagi psikis anak. Lebih jelasnya cari tahu dalam artikel Astaghfirullah, Reaksi Buruk Ini Masih Sering Dilakukan Orangtua, Kenapa Ya?
7. Percaya padaku
Berikan kepercayaan pada anak untuk mengambil keputusannya sendiri. Keputusan tentang hal-hal yang tidak terkait dengan kesehatan dan keselamatan. Memang keputusan yang akan anak ambil dalam urusannya bisa jadi salah. Berikan anak kesempatan untuk mencoba. Dari kesalahan anak belajar dan mengetahui mana keputusan yang benar.
Memberikan kepercayaan pada anak akan membuat mereka yakin dengan kemampuannya sendiri. Harga diri mereka akan terjaga karena terhindar dari rasa rendah diri. Selain itu anak akan menjadi pribadi yang lebih optimis dalam menyongsong masa depannya.
Memberikan kepercayaan pada anak akan membuat mereka yakin dengan kemampuannya sendiri.
kenapaya.id
Itulah beberapa hal yang dibutuhkan anak. Sebagai orangtua, memenuhi kebutuhan anak pasti menjadi prioritas utama. Namun alangkah bijaksana jika dalam memenuhi kebutuhan tersebut, adakalanya mendengarkan apa yang mereka butuhkan. Tujuannya agar segala jerih upaya kita untuk anak dapat berbuah manis seperti yang kita harapkan karena telah menjadi orangtua yang mereka butuhkan.
Masya Allah. Makasih sharingnya
Jadi paham bukan hanya kebutuhan jasmani, kebutuhan psikologis juga sangat penting