Parents, era perkembangan media sosial yang begitu masif telah menarik banyak peminatnya, tak terkecuali bagi para orang tua muda yang sangat bersemangat untuk menggali ilmu seputar parentingdalam platform, seperti Instagram.
Hal ini tentu merupakan kabar baik, sehingga memunculkan kebutuhan ‘nutrisi ilmu parenting’ yang perlu diisi oleh para selebgram, yang kini kian bermunculan dengan latar belakang yang beragam. Dari yang memang ahli di bidangnya, sampai yang konon mengaku ahli. Tak jarang hal ini membuat para orang tua saling berselisih di kolom komentar.
Fenomena Parenting di Media Sosial: Antara Informasi dan Kebingungan

Tampaknya ketertarikan para orang tua terhadap ilmu parenting ini dimanfaatkan oleh segelintir pihak. Hal ini dapat membuat suasana hati berubah, menjadi gusar, tak tenang, yang bahkan berdampak pada pengasuhan anak sebab tak yakin apakah informasi yang mereka terima dari konten tersebut dapat mereka terapkan atau tidak.
Padahal mereka sudah lelah dengan aktivitas sehari-hari yang itu cukup menguras energi. Apalagi pandangan-pandangan yang sulit untuk orang tua bedakan yang mana yang benar menambah kebingungan, mana yang sebenarnya baik mereka terapkan.
Sebagai contohnya, dalam perselisihan seputar penggunaan kata ‘jangan’ untuk mengasuh anak, orang tua jadi terombang-ambing antara pendapat yang berbeda. Hal ini karena pendapat yang dikemukakan dalam sebagian konten itu terkesan saklek.
Ada yang berkata bahwa anak pada masa golden age sama sekali tidak boleh dibiasakan dengan kata “jangan” karena dapat membuat anak semakin penasaran dan malah mencoba yang orang tua larang. Ada juga yang berkata anak harus dibiasakan dengan kata “jangan” supaya terbiasa dengan batasan secara jelas mengenai apa yang boleh dan tidak dilakukan.
Pendapat yang berseberangan tersebut, tak jarang malah menimbulkan kepanikan yang mengarah pada frustasi sampai ada yang menyebar kebencian terhadap ilmu parenting modern.
“Ah, parenting sekarang ga jelas. Kebanyakan teori, udah mending ikutin orang tua dulu aja.”
[salah satu contoh komentar di instagram mengenai parenting modern]
Komentar semacam itu tentu sedikit besarnya dapat berpengaruh dalam menyurutkan semangat para orang tua muda untuk mempelajari ilmu baru. Padahal seharusnya mereka diapresiasi atas ketertarikannya terhadap ilmu parenting tersebut.
Ya, benar… Gaya pengasuhan orang tua dulu juga masih ada yang relevan hingga kini, tapi tidak ada salahnya kalau menggali informasi teranyar. Kita harus menyadari bahwa setiap generasi memiliki tantangannya sendiri.
Kata “Jangan” dalam Pengasuhan: Larangan Keras atau Perlu Orang Tua Sesuaikan?

Zaman yang berubah memerlukan pendekatan parenting yang sesuai kebutuhannya. Berkembangnya ilmu parenting dapat membantu orang tua untuk menghadapi tantangan-tantangan yang baru muncul.
Kembali pada penggunaan kata “jangan” dalam mengasuh anak di masa golden age. Penulis selaku lulusan S2 PAUD merasa bertanggungjawab untuk menjelaskan penggunaan kata “jangan” dalam pengasuhan.
Parents, sejatinya orang tua adalah individu yang paling mengenal karakteristik anak. Oleh karena itu akan mampu untuk menimbang apakah karakter anaknya cocok untuk diberikan kata ‘jangan’ atau opsi lain. Namun, pemilihan kata jangan ini juga perlu disesuaikan dengan kondisi yang sedang dihadapi.
Jika anak orang tua berhadapan dengan situasi yang berbahaya, tidak ada salahnya jika orang tua menerapkan kata ‘jangan’. Terlebih orang tua pula menyertai dengan penjelasan mengapa anak tidak boleh melakukannya atau memberikan contoh konkret mengenai konsekuensi dari tindakan tersebut. Hal ini tepat guna mempertegas batasan hal-hal mutlak yang harus anak hindari. (Anitasari & Tulak, 2023).
Selain itu, jika kondisinya tidak terlalu mendesak atau tidak mengancam keselamatan anak, orang tua juga dapat memilih untuk tidak menerapkan kata ‘jangan’. Hal ini dapat orang tua lakukan untuk menimalisir rasa penasaran anak terhadap suatu hal. Namun perlu juga untuk memberikan mereka opsi lain yang lebih positif atau aman anak lakukan.
Pendekatan parenting yang disesuaikan dengan kondisi masing-masing ini sangatlah penting dalam mengasuh anak. Orang tua harus mampu menilai kebutuhan dan keamanan anak dalam setiap tindakan atau keputusan yang diambil.
Selain itu, penting juga untuk orang tua ingat bahwa setiap ilmu parenting modern, bukan berarti harus ditelan mentah-mentah. Hal ini kita juga termasuk harus melihat siapa yang bicara.
Namun, mempelajari hal baru tidak ada salahnya. Hal itu guna membantu menemukan cara yang terbaik dalam mengasuh anak-anak. Terutama yang sesuai dengan kebutuhan dan nilai-nilai keluarga masing-masing dari kita.
Menjadi Orang Tua Bijak di Era Digital: Kritis Tanpa Fanatik

Dengan beragamnya informasi parenting yang beredar, Harapannya akan membuat para orang tua menjadi semakin kritis. Lalu meningkatkan pertimbangkan hal-hal sebelum menerapkannya pada anak.
Selain itu, penting untuk memprioritaskan kesejahteraan dan perkembangan anak di tengah arus informasi yang terus mengalir di dunia digital saat ini. Maka, perlu adanya keseimbangan antara tradisi dan inovasi, serta tetap memfokuskan pada kepentingan terbaik anak-anak.
Semoga kita mampu menjadi orang tua yang lebih bijaksana dan peduli.
Leave a Comment