Kenapa Ya? Kita semua pasti tahu jawabannya. Sebagai orang dewasa yang memiliki kemampuan nalar dan perasaan tentu tidak menerima jika dibanding-bandingkan. Nah, anak-anak kita pun juga demikian, bedanya mereka tidak tahu bagaimana harus bersikap menanggapi. Sengaja atau tidak, sebagai orangtua kita mungkin pernah melakukannya pada mereka, membandingkannya dengan adiknya atau teman-temannya.
“Kamu kok gitu aja gak bisa sih? Lihat tuh adik kamu aja bisa”.
“Kenapa kamu nakal banget, sih? Lihat tuh si Budi teman kamu, tenang dan nggak nakal!”
Itulah ucapan-ucapan yang bisa jadi pernah atau bahkan sering kita katakan kepada anak. Secara sadar atau tidak, dengan berkata demikian kita telah memberikan label bahwa anak kita tidak mampu dan selalu menuntutnya agar mampu melakukan hal yang temannya bisa lakukan.
Perkataan yang membandingkan anak dengan orang lain umumnya niatnya baik. Niatnya mendorong anak supaya lebih baik mengikuti jejak prestasi orang lain. Mendorong anak untuk berusaha melakukan sesuatu itu baik. Namun, memberikan mereka motivasi dengan cara membandingkan anak itu terlalu beresiko tinggi. Beresiko terhadap kondisi mental anak terutama jika sering kita lakukan.
Membandingkan anak cara mengasuh yang beresiko tinggi

Kita berpikir bahwa dengan membandingkan anak dengan adik, kakak atau temannya. berharap anak bisa mencontoh perilaku baik yang kita harapkan. Jika nasihat seperti ini anak tanggapi secara positif, bersyukur anak akan termotivasi untuk mengubah dirinya menjadi lebih baik. Jika tidak? Apalagi ketika usaha anak kita hasilnya tidak sesuai dengan apa yang kita inginkan, bagaimana?
Sebagai orangtua, apakah kita berhak selalu membandingkan anak kita dengan anak lain? Sekali lagi memotivasi dengan membandingkan anak itu terlalu beresiko. Kemungkinan terburuk yang akan terjadi pada anak jika kita sering membandingkannya, yaitu sebagai berikut.
Sebagai orangtua, apakah kita berhak selalu membandingkan anak kita dengan anak lain?
kenapaya.id
1. Hubungan orangtua dengan anak jadi renggang

Sering mengatakan pada anak bahwa selalu ada orang lain yang lebih baik darinya, lambat laun bisa menimbulkan kesalahpahaman. Apalagi sampai kita memandang remeh anak kita sendiri karena belum dapat melakukan sesuai yang kita harapkan. Anak mungkin akan merasa dihina, disudutkan, tidak diperhatikan dan tidak pernah kita dukung selaku orangtuanya sendiri. Parahnya, dalam benaknya anak mungkin juga menganggap bahwa kita tidak menyayanginya.
2. Anak meragukan dirinya sendiri

Membandingkan anak tanpa benar-benar memberikan mereka kesempatan untuk memperbaiki diri akan membuat anak cenderung meragukan diri sendiri. Terutama begitu tahu ada orang lain yang lebih unggul. Anak akan selalu mengukur dirinya dengan orang lain.
3. Anak akan merasa cemburu dan berpikiran negatif

Saat kita terus membandingkannya dengan anak lain yang lebih baik, anak akan merasa cemburu. Kecemburuan yang terpupuk sejak kecil tidak baik untuk kesehatan jiwa anak. Dampaknya dapat menimbulkan kebencian, permusuhan, atau kekecewaan mendalam baik pada diri sendiri maupun orangtua dan teman-temannya.
Efek jangka panjang, saat anak dewasa akan menjadi pribadi dengan kondisi mental yang tidak sehat. Misalnya, mereka bisa merasa bahagia ketika orang lain lebih buruk darinya dan merasa tidak bisa bahagia ketika orang lain lebih baik darinya.
Memotivasi tanpa membandingkan anak

Anak juga memiliki kehidupannya sendiri. Seiring dengan berjalannya waktu anak akan berkembang. Kita bisa membantu anak berubah menjadi orang yang lebih baik. Lakukan perbandingan bukan terhadap diri pribadi anak. Tapi terhadap perilaku atau hal-hal yang sifatnya bukan bandingan wujud atau fisik.
Kita bisa membantu anak berubah menjadi orang yang lebih baik tanpa harus membandingkannya.
kenapaya.id
Misalnya, perbuatan buruk dengan perbuatan baik. Ketika anak sering bermain terlalu lama sampai lupa waktu, kita berikan pengertian padanya. Pengertian bahwa kebiasaan pulang dari bermain secara tepat waktu itu lebih baik daripada bermain sampai lupa waktu. Dari pengertian itu anak akan memahami dan berpikir bahwa bisa pulang tepat waktu karena itu lebih baik dari bermain sampai lupa waktu.
Sebagai orangtua kita perlu ingat, bahwa anak-anak kita, mau bagaimanapun mereka adalah pribadi yang butuh perhatian dan bimbingan kita. Membandingkan anak bukanlah cara yang baik, itu termasuk cara buruk yang harus kita hindari. Cara yang terlalu beresiko jangka panjang pada kesehatan mental anak.
Berikan kepercayaan pada mereka untuk berusaha menjadi pribadi yang kita harapkan. Masih banyak cara mengasuh yang baik. Berikan anak-anak kita itu apresiasi, pujian dan dorongan tanpa harus membandingkannya dengan anak yang lain.
Ditulis oleh. Bahaudin, S.Sos. | @bahaudinmuhit
Benar mas, ortu yang suka membandingkan anaknya mungkin mengira itu cara memotivasi anak. Padahal anak bukannya jadi termotivasi malah bisa dendam, marah, atau rendah diri.